32

10.2K 634 62
                                    

Selamat Jalan Ayah Rahman

 

Kesedihan kini melanda Desa Panci, kehilangan Seorang pemimpin yang begitu tegas dan Berwibawa, terkenal dengan segala kebaikannya. Terutama keluarga Besar Solikhin dan Rohiman yang sangat merasa kehilangan.

 
Keluarga Besar Malik dan kerabat lainnya sedang dalam perjalanan menuju Kalimantan. Mereka berangkat saat Subuh itu Juga, menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Malik. Zamal juga sedang dalam perjalanan dari Kota ke desa, membutuhkan waktu 3 Jam an untuk sampai ke Desa Panci.

 
Rumah Duka sudah banyak yang berdatangan, menyiapkan berbagai macam Kebutuhan pemakaman Ayah Rahman.

"Ainun, Ikhlas lah Nak. Lihat Ais yang juga membutuhkan kamu."Ucap Rohiman, Ayah  Ummah Inun.

 
"Ini seperti Mimpi Yah, Bang Rahman janji tidak akan meninggalkan Ainun."

 
"Istighfar anakku, Hidup dan Mati sudah Ada yang menentukan. Setiap yang bernyawa pasti akan pergi."Nasehat Rohiman dengan lembut, menyentuh bahu bergetar Ainun yang menangis sambil menatap wajah damai sang suami.

 
"Ya Allah, hiks Tak kuat rasanya hamba menopang Beban ini sendiri. Astagfirullahallazim."Bisik Ummah Inun pelan.

 
Semua yang melihat Betapa Hancurnya Ummah Inun pun ikut menangis. Sedari tadi Dek Ais tidak berhenti menangis dan Berteriak memanggil Ayah Rahman. Gadis kecil itu sedang di pangku oleh Bibinya, terkadang Dirinya berontak ingin Memeluk tubuh sang Ayah.

 
"Kita baca Yasin lagi ya, yang lain tolong bantu buat Tenda dan Lainnya."Titah Solikhin, Ayah dari Ayah Rahman.

•••

 
Jam 5 Pagi, Zamal baru sampai di Rumah. Suara tangisan semakin menjadi saat Ummah Inun Memeluk erat tubuh Zamal. Zamal seperti foto Copy nya Ayah Rahman semasa Muda dulu, tidak ada bedanya. Ummah Inun kembali kehilangan kesadaran nya saat berada dalam pelukan Zamal.

 
Dek Ais yang melihat itu malah ketakutan, Dia berteriak histeris dalam Gendongan Bibinya. Di pikiran Gadis kecil itu adalah Ummah nya juga pergi, dia takut.

 
"Bawa ke kamar Mal."Titah Kakek Rohiman kepada Zamal.

 
Dengan Pelan Zamal mengangkat tubuh Rapuh sang Ummah dan masuk kedalam Kamar. Merebahkan Tubuh Ummah Inun, menyelimutinya dengan sebatas Pinggang. Wajah Wanita itu terlihat pucat, kehilangan bukanlah hal yang mudah. Apa lagi Kehilangan orang yang selalu ada untuk kita.

 
Zamal menangis dalam diam, menatap Dalam Wajah Damai yang Nampak Pucat tak bernyawa itu.

"Wajah ini milik orang yang Hamba hormati, dia orang yang Hamba takuti setelah Mu Ya Allah. Dirinya lah yang mendidik diri ini, dia menjadi kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab. Hamba ingin seperti Beliau."Batin Zamal.

 
Tidak berapa lama, Dua buah Mobil datang. Di halaman Rumah sudah di Beri Tenda dan sudah lumayan banyak Orang yang datang Melayat. Keluarga Malik keluar dari dalam mobil dengan Wajah berlinang air mata. Ada Papa Malik, Mama Elisa, Tante Ameng dan beberapa kerabat lainnya. Arra di Tuntun oleh Aldo untuk keluar dari dalam Mobil. Di susul Arka, Kristal, dan Rian. Mereka semua ikut.

 
Saat hendak masuk ke dalam Rumah, Arra terduduk lemas. Tidak kuat lagi rasanya dia berjalan. Dengan pelan Aldo menarik Arra untuk berdiri kembali, Lalu merangkul Bahu yang Rapuh itu untuk masuk kedalam rumah.

 
"Itu Arra kan?"

 
"Iya, itu Arra."

 
"Pantesan ga pernah kelihatan, eh tau nya Sudah menikah."

ANATASYA AR-RAHMAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang