Tangisan Dek Ais
Mobil yang akan Di Kendarai oleh keluarga Malik beserta Arra sudah siap Dan sedang di panaskan oleh Papa Malik. Semua Barang-barang mereka sudah di masukkan ke dalam Bagasi Mobil di bantu Ayah Rahman.
Tentu saja Banyak Oleh-oleh yang akan di Bawa Keluarga Malik untuk ke Jakarta Nantinya, Contohnya Beberapa Makanan Khas Desa Panci itu sendiri. Seperti Cencalu, Tempoyak, Kerupuk Udang, Ikan Asin Dan Lainnya.
Sedangkan Arra Menangis memeluk Ummah Inun, Sungguh diri nya tidak Rela harus berpisah jauh dengan Keluarga nya, Ini kali pertama Arra pergi Jauh Dengan Waktu yang Sangat Lama, Rasanya Sangat Berat, "Ingat Pesan Ummah Tadi ya Kak."
"Jangan membangkang terhadap suami kamu, Hormati Aldo karena dia Imam dalam keluaga kecil mu, Jaga kesehatan kamu sama Anakmu. InsyaAllah, Kalau ada Rezeki Ekonomi mau pun Waktu yang luang, Kami akan Ke sana menjengukmu."Sambung Ummah Inun Lembut. Arra hanya mengangguk, Rasanya tidak kuat lagi harus Berkata-kata, Lidah nya seakan Kelu saat ingin berbicara.
Dengan lembut Ummah Inun mencium Kening Arra Lama, Menyalurkan Rasa Sayang nya terhadap Anaknya itu. Beralih Mencium kedua pipi Arra, Lalu Arra mencium Punggung tangan kanan milik Ummah Inun sambil terisak pelan.
Beralih ke Ayah Rahman, Ayah Rahman Melakukan hal yang sama, Arra mencium Punggung tangan kanan milik Ayah Rahman lama. Ayah Rahman mengelus kepala Arra yang tertutup Hijab dengan penuh kasih sayang, "Sehat-sehat di sana, Papa Malik dan Mama Elisa Juga Orang Tua Arra, jangan Melawan dengan suami, Ingat."
Arra mengangguk, Lalu dia melihat ke Arah Dek Ais yang Sedari tadi Diam di pojok Sudut Ruang Keluarga sambil menatap nya Sendu, "Dek sini, masa gak mau peluk kak Arra." Ucap Arra lembut sambil melambai ke arah Dek Ais.
Dengan cepat Dek Ais berlari ke Arah Arra, Arra Berjongkok menyamakan Tingginya agar bisa memeluk Tubuh mungil sang Adik, Terdengar Isakan kecil dari Gadis Kecil itu, Bahu nya juga ikut bergetar, "Dek Ais gak punya Teman lagi di rumah, Hiks."
Arra menenggelamkan Wajahnya ke Bahu mungil Dek Ais, Keduanya sama-sama menangis. Sedangkan yang lain, menatap sedih Kedua kakak beradik itu, Ummah Inun sesekali mengusap pelan Air matanya yang ikut keluar.
"Dek, kan masih ada Ayah Sama Ummah di rumah yang bakalan jadi Temen Dek Ais."Bujuk Ayah Rahman kepada Anak Bungsunya itu.
"Beda, Ayah sama Um-mah udah Besar. hiks-Dek Ais maunya kak Arra."
"Nanti siapa yang tolong-in Dek Ais kerjain PR gambar dari Bu guru, Siapa yang Pilihin Warna buat dek Ais mewarnai gambar nya, Terus siapa yang Ajarin Dek Ais baca dan hafal-in Surah Pendek. hikss- Kak Arra gak sayang Dek Ais lagi ya? Dek Ais Nakal ya kak? Bang Aldo Jahat, Mau Ambil Kakak nya Dek Ais, hiks- nanti Gak ada yang nyusul-in Dek Ais ke sungai lagi kalo lagi mandi di sungai, nanti Dek Ais sembunyi di mana? kalo Ummah Nyari-in Dek Ais buat di omel-in Gara-gara Main KeJauhan, Biasanya Kak Arra yang suruh Dek Ais sembunyi di dalam Lemari, terus Kak Arra Bilang 'kakak gak liat Dek Ais Umm!' Gitu, Hiks!"Sambung Dek Ais menggebu-gebu Sambil meluapkan semua Perasaan nya. Mendengar ucapan dek Ais, Mereka malah terkekeh geli. Memang Arra lah yang selalu menemani nya bermain jika di rumah. karena mereka sesama perempuan, jadi apa pun yang mereka lakukan pasti begitu menyenangkan.
Lain Halnya dengan Aldo yang merasa bersalah, karena harus memisahkan kedua orang ini. Semua ini salahnya, Andai saja kejadian Malam itu tidak terjadi, Maka semuanya tidak akan Seperti ini, Aldo menyesal, "Yah, Aldo Minta maaf..."Lirih Aldo Pelan menatap Ayah Rahman Dengan Raut wajah Bersalah nya.
"Tidak apa, Mungkin ini memang sudah menjadi Jalan-Nya. Ayah Harap kamu tidak akan Menyia-nyiakan Arra, Karena Dia masih butuh Bimbingan, Karena Kamu sebagai laki-laki dan sekaligus suami nya, Maka Bimbing lah Dirinya."Aldo menghampiri Ayah Rahman lalu mencium punggung tangan kanan milik Ayah Rahman, Beralih ke Ummah Inun juga. Di ikuti Papa Malik dan Mama Elisa yang berpamitan dengan Ayah Rahman dan Ummah Inun.
Arra melepas pelukannya kepada Dek Ais, Lalu menciumi seluruh Wajah Dek Ais dengan Penuh Kasih sayang, "Jangan Nakal, Nanti kita bakalan Sering Video Call-an, Oke!"Dek Ais ikut menciumi seluruh Wajah Arra, Lalu mengangguk dengan lesu, Mata mereka Berdua sama-sama sudah Bengkak karena terlalu lama menangis.
"Janji Ya! Semenit sepuluh kali Pideo kol nya!"Tegas Dek Ais Ngawur.
"Heh mana bisa Semenit sampai sepuluh kali Video Call Dek."Gemas Arra sambil mencubit kedua pipi Tembem Dek Ais. Sedangkan yang lain mendengarnya tertawa, mendengar Ucapan Dek Ais yang Polos itu.
"Sudah Dek, Kak Arra udah mau berangkat itu."Ucap Ummah Inun.Dengan Pelan Ayah Rahman membawa Dek Ais kedalam Gendongan nya, Mengelus Pelan Bahu Mungil Gadis kecilnya itu.
"Kami berangkat Ya Man, Kalian Semoga Sehat Selalu di sini, Semoga bertemu lagi di kesempatan yang akan datang."Ucap Papa Malik Kepada Ayah Rahman.
"Iya, Hati-hati Di jalan."
"ASSALAMUALAIKUM!"
"WAALAIKUMSALAM!"Jawab Ayah Rahman dan Ummah Inun.
"DAH KAK ARRAAAAAA!"Teriakkan melengking dengan lambaian tangan heboh itu milik Dek Ais, Di balas Lambaian tangan tak kalah Heboh dari Arra.
Mobil itu sudah bergerak keluar dari kawasan Halaman Rumah Keluarga Ar-rahman, Dengan Aldo yang Menyopir dan Arra yang duduk di samping nya. Sedangkan Papa Malik dan Mama Elisa berada di kursi penumpang di Belakang. Arra menatap Jalanan kampung nya dengan Sendu, Entah kapan lagi dirinya akan melihat Suasana di kampung nya ini.
"Ra."Arra menoleh ke arah Mama Elisa yang memanggil nya, Arra menaikkan sebelah alisnya seakan-akan bertanya 'Kenapa?'.
"Kamu jangan sungkan ya sama Mama, Papa, Maupun Aldo, sekarang kita itu keluarga. Jadi, apa pun yang kamu butuhkan bilang ke kami."Arra hanya mengangguk sambil tersenyum simpul, Jujur dirinya Sangat Canggung berada di Antara keluarga Malik.
"Maafkan Aldo ya Ra."
"Bocah ingusan ini emang keterlaluan, Kamu harus Extra sabar ngadepin sifat Aldo yang Oon nya ga ketulungan, terus Aldo Rada-rada Bolot loh Ra."
"Eh Ma apa an sih, Aldo gak gitu ya, Buktinya Aldo denger Mama Bilangin Aldo Bolot."Ucap Aldo tidak terima ucapan Mama Elisa yang menjelek-jelekkan diri nya.
Arra malah tertawa melihat tingkah Aldo dengan Mamanya, Sedangkan Papa Malik hanya menggeleng pelan melihat kelakuan istri dan anaknya itu, "Arra gak papa kok Ma, InsyaAllah Arra bakalan Nerima Kak Aldo apa adanya, walaupun kak Aldo Oon dan Bolot, hehe." Ucap Arra Tertawa Cengengesan, Di balas Tatapan Datar Aldo mendengar ucapan Istrinya itu.
Perjalanan pun di isi dengan berbagai macam Obrolan. Mama Elisa mencoba untuk Memberikan rasa Nyaman kepada Arra. Agar Arra bisa lebih terbuka dengan Dirinya atau Papa Malik, maupun terbuka kepada suaminya, Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANATASYA AR-RAHMAN [ON GOING]
Teen FictionAyah Rahman Hanya Diam, Dia menatap dalam Arra yang kini semakin terisak, sambil menunduk memegang Pipinya yang di Tampar Ummah Inun. "JE-LAS-KAN!"Tegas Sang Ayah Rahman. Arra mendongak menatap sang Ayah dalam. "Arra, Di perkosa."Lirih Arra dengan S...