11

3.2K 289 38
                                    

"Yeayyyy sampeeeee!!!"

Jungkook, dengan tidak tahu dirinya, berlari melewati Jimin dengan badan bongsornya, membuat tubuh kecil pria yang umurnya lebih tua dua tahun di atasnya itu hampir terpelanting ke pinggir jurang.

"Astaga, Jungkook! Hampir aja gue mau mati!" seru Jimin panik, merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, menjaga keseimbangan agar tak terjatuh akibat tak adanya pegangan sepanjang ia terhuyung mendekati jurang.

"Hehehehe. Aku yang duluan sampeeee!" Jungkook terkekeh gemas, lalu terduduk di atas batu besar yang menjadi puncak gunung yang baru saja berhasil ia daki.

Dari sana, pemuda kelinci itu melihat pemandangan yang menghampar indah di tengah kota Seoul.

Park Jimin menghela napas begitu panjang sebelum kembali berjalan, hingga akhirnya berhasil menyusul Jungkook di atas sana.

"Jimmm, ayo makan sarapannya! Laper banget, nihhh!"

Dengan bibir yang sudah senyum-senyum sambil sedikit maju itu, Jungkook melepaskan tas ransel yang sedari tadi masih setia di punggungnya. Tangannya kemudian sudah mengobrak-abrik isinya dan mengeluarkan semacam rantang besi tingkat 3 dari sana. Tak lupa dua botol minuman. Satu berisi air putih, satunya tidak jelas apa isinya.

Jimin mendudukkan dirinya di samping Jungkook, ikut mengeluarkan perbekalannya. Namun, setelah semua yang diperlukannya sudah tertata rapi di depannya, pria itu justru terdiam memerhatikan pemandangan hijau serta gedung-gedung tinggi jauh di depan sana. Walaupun kabut masih tampak mengudara di sekitarnya, tapi tak menutup pemandangan indah di hadapannya saat ini.

Pagi hari yang masih dingin ditambah angin yang berhembus cukup kencang, bahkan matahari juga belum tinggi membuat Jimin sedikit kedinginan walaupun sudah memakai jaket tebal.

Ya, ini pertama kalinya Jimin naik ke gunung Achasan. Yah, bisa dibilang pengalaman yang cukup bagus, walau ternyata mendaki ke puncaknya tak memakan banyak waktu. Ia perlu sesekali pergi menjelajah, tak melulu berdiam diri di apartemen atau nongkrong-nongkrong saja di kafe.

Beruntung pula, Jimin kenal Jungkook yang walaupun orangnya sering sekali membuatnya kesal, tapi rasanya benar-benar membawa suasana baru di sepanjang hari yang dilewatinya.

Tanpa disadari, pria bermarga Park itu menarik kedua sudut bibirnya lebar.

Jungkook adalah teman pertamanya sejak dirinya pindah ke Seoul.

Ah, ngomong-ngomong soal teman, tiba-tiba Jimin jadi teringat dengan Taehyung. Apa kabarnya, ya? Rasanya kangen sekali lihat wajahnya yang mengesalkan.

"Aaaakuuuuu lagiiii di atas gunuuuung sama Jiminnnn!!!"

Seruan Jungkook yang tepat di samping telinganya membuat Jimin berjengit dari duduknya. Matanya melotot terkejut.

Jungkook berdiri dari duduknya, tangannya memegang ponsel dan ia bergerak memutar, terlihat seperti mengabadikan momen, menangkap pemandangan di atas serta di bawah sana dengan ponselnya.

"Kaaaaakkk Taeeeehyunggg lagiiii aaaapaaa!?" Serunya lagi begitu keras berusaha mengalahkan kencangnya angin yang menerpa microphone ponselnya .

Jimin yang awalnya tak begitu mengacuhkan tingkah Jungkook dan memilih mulai memakan bekalnya kini sudah memusatkan atensi sepenuhnya ke arah Jungkook.

Dengan cepat Jimin menelan apa yang sedang dikunyahnya dan menghampiri Jungkook untuk melihat apa yang sebenarnya dikerjakan lelaki itu.

Benar saja, ternyata dia sedang videocall dengan kawannya yang ada di Busan sana.

"Ih, kok bisa punya kontaknya Taehyung!?" Jimin berusaha menggapai ponsel Jungkook, ingin mengambil alih. Tapi tangan Jungkook lebih panjang, alhasil sambil lompat-lompat pun ia kesusahan meraihnya.

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang