Yoongi menendang pintu apartemennya susah payah. Ia masuk dengan menggendong Jimin di punggungnya. Tak perlu menyalakan lampu utama, Yoongi membawa sosok yang masih saja sekali-sekali bergumam tak tentu itu masuk ke dalam kamarnya.
Dengan hati-hati, tubuh Jimin ia baringkan di atas ranjang. Yoongi mengembuskan napas panjang begitu punggungnya merasa bebas, terduduk di tepian kasur dan mengatur ritme napasnya yang sempat berantakan. Tas pinggang kecilnya ia taruh di lantai samping nakas.
Pikirnya, cuma menuntun seseorang apa capeknya. Hell, sebelum sampai depan gedung apartemennya justru keduanya hampir terjatuh lantaran Jimin tersandung oleh kakinya sendiri--bahkan tubuhnya merosot hampir mencium aspal! Untung saja Yoongi cekatan, sehingga cuma lutut pemuda itu yang sempat menyentuh tanah.
Yoongi menghela napas keras. Kedua tangannya bersandar pada kasur dan mendongak memandang langit-langit kamar. Lampu tidur yang tak pernah ia matikan di atas nakas membuat bayang-bayang besarnya terbentuk di dinding.
Yoongi lantas menanggalkan outerwear yang menempel pada tubuhnya, diikuti kemeja hitam yang sedikit banyak basah oleh keringatnya.
Setelah melempar atasannya sembarangan dan mengatur suhu AC kamarnya agar lebih hangat, Yoongi perlahan menghadap Jimin yang sedang meringkuk ke arahnya.
Lama Yoongi menatapinya, hingga tangannya terulur mengusap poni Jimin yang berantakan, merapikannya ke belakang dengan lembut. Tak disangka, ternyata dahinya luas juga.
Yoongi terkekeh geli. Kenapa pula dirinya tertawa hanya karena jidat seseorang? Iya, tidak jelas memang.
Setelah selesai merapikan rambut Jimin, Yoongi lalu melepas cardigan Jimin serta kemeja putihnya.
Yoongi beranjak ke lemari bajunya untuk mengambil kaos hitam untuknya, serta hoodie hitam untuk Jimin kenakan. Yoongi lupa kalau dirinya juga masih tanpa atasan.
Ia membawa semua atasan bekas kerja hari itu dan memasukkannya ke dalam mesin cuci. Matanya sejenak menangkap keranjang cucian yang berada di sebelah mesin cucinya. Walaupun keadaan rumahnya total remang-remang dengan sedikit pencahayaan, ia tahu baju yang paling atas di sana adalah milik Yeosang. Yoongi mengambil napas sejenak sebelum ikut menjejalkan baju-baju di keranjang itu ke dalam mesin.
Sebelum menutup pintu mesin cucinya, Yoongi teringat celana kerjanya masih melekat manis di kedua kakinya. Tanpa pikir panjang ia melepas celananya dan mengambil apa-apa saja barang yang ada di sakunya, menyisakan celana bokser hitamnya. Lalu, ia berhenti sambil memegangi celana kerjanya dengan kedua tangannya yang menggantung.
Yoongi melempar bawahannya itu masuk ke dalam mesin cuci sebelum melangkah ke kamarnya lagi. Berdiri ragu di sisi ranjang sambil memerhatikan kedua kaki Jimin yang sedang meringkuk.
Sekalian atau bagaimana?
Yoongi menengok sebentar ke wajah Jimin, memastikan kalau dirinya benar-benar pulas di alam tidurnya. Tangannya membuka sabuk yang melilit pinggang kecil itu.
"Sorry ya, Jim."
Setelah meletakkan sabuk di sisi bantal, Yoongi membuka celana panjang Jimin dan menurunkannya perlahan sampai terbebas dari kedua tungkainya, lalu cepat-cepat menyelimuti tubuh mungil itu sampai setengah badan.
Yoongi lantas kembali untuk menjejalkan bawahan yang tersisa itu ke dalam mesin cuci setelah mengeluarkan barang dari dalam sakunya, lalu mengatur mesin itu sedemikian rupa. Langkahnya kemudian mengarah ke dapur, membuka pintu kulkas untuk mencari minuman dingin.
Acara hwesik tadi ia tak banyak minum memang, ditambah dirinya termasuk kuat minum. Beberapa shot tak ada apa-apanya bagi Yoongi.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
Fiksi PenggemarPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...