10

3.5K 290 27
                                    

"Jim, Jim, Jim!"

Jungkook, dengan tergesa-gesa menghampiri Jimin yang masih sibuk dengan laporannya di jam istirahat siang. Sudah 20 menitan ia menghabiskan jam makan siangnya itu dengan mengecek kembali kerjaannya yang sudah setengah jalan, tak mau sia-sia lagi mengulang dari awal seperti lembur terakhir kali.

"Apa, Jung?" Jimin menjawab panggilan tanpa mengangkat kepalanya sama sekali.

"Ditungguin di kafetaria kok gak muncul-muncul. Taunya masih di sini. Gak jenuh kamu?" Jungkook mengintip Jimin yang matanya bergantian melihat dokumen dan layar. Ia lalu memasang tampang masam menyadari Jimin mengacuhkannya.

"Bentar, 5 menit lagi."

"Yeuh~~" Jungkook mengeluh sebal. Ia lantas mengintip dua meja lain yang sederet dengan meja Jimin. Keduanya kosong. Tanpa basa-basi ia langsung saja memutari bilik dan duduk di kursi Yoongi.

Jimin cuma melotot sekilas pada Jungkook yang sudah nyaman di kursi keramat Yoongi tanpa ijin sang pemilik.

"Hei, dipukul Yoongi baru tau rasa, lo!"

Jungkook hanya menyeringai menunjukkan kedua deret giginya.

Belum juga lama senyumnya memancar, Jungkook kemudian tersentak begitu mengingat sesuatu yang penting, salah satu alasannya dia panggil-panggil Jimin tadi. "Eh, kok sampe lupa!" Ucapannya sedikit meninggi, lalu detik berikutnya mulut maju Jungkook ditangkap oleh jari-jemari Jimin.

"Apaan!?" seloroh Jimin kesal, sedikit berbisik.

"Hehe, sori sori. Aku tadi liat Yoongi sama cowok cantik di kafetaria. Pacarnya deh, kayaknya."

Jimin menoleh sesaat pada Jungkook yang sedang menatapnya dengan mata membulat, mencari perhatian.

"Mata lo udah kayak cctv beneran deh, Jung. Kalah emak-emak kompleks."

Dikatai demikian, bukannya malu, malah Jungkook tertawa begitu lebar. "Tapi mereka cuma bentar sih, pesen makan dibungkus, terus pergi. Agak gak jelas juga aku liatnya soalnya dari jauh, tapi aku yakin dia cantik banget. Rambutnya agak panjang, blonde. Wow."

Jimin membatin lelah dengan kelakuan Jungkook.

Mengamati meja Yoongi yang minim hiasan, hidung Jungkook mengendusi wangi di sekitarnya. "Bau jeruk, ya."

"Hm." Jimin menggumam, menyetujui.

"Lucu banget. Tampang serem kayak gitu parfumnya bau jeruk." Jungkook terkikih geli.

Gak nyadar diri emang, sendirinya badan preman tampang kelinci, udah gitu baunya macem bayi, dengus Jimin dalam hati. Heran, pemuda itu ternyata hampir seumuran Jimin dan sudah bekerja pula. Kalaupun masih urakan di gedung sekolah juga Jimin percaya saja dia murid sekolahan.

"Ayolah, Jim, laper nih." Jungkook merengek, menggelayuti lengan Jimin yang sibuk memegang mouse.

Akhirnya, setelah menyimpan hasil pekerjaannya, Jimin segera menyeret Jungkook menuju kafetaria sebelum pemuda itu berulah dan semakin cerewet.

.

"Kenyang banget, uh." Jungkook mengelus perutnya yang sedikit menggembung dari balik kemeja dan blazer hitamnya. Terang saja, makan dua porsi bibimbap bagaimana tidak kenyang.

Jimin yang hanya menyantap sepaket nasi ayam krispi sudah selesai lebih dulu, lama sekali menunggu Jungkook menghabiskan dua mangkok bibimbap sambil mulutnya terus mengoceh.

Masih ada setengah jam lagi sebelum waktu istirahat selesai, Jimin rencananya mau bersantai dulu di rooftop kantor sambil minum frappe dengan nyaman.

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang