22

3.1K 282 26
                                    

Dengan gerakan perlahan, Yoongi merebahkan Jimin ke atas ranjangnya setelah tadi ia diantar oleh Namjoon serta Seokjin menggunakan mobil mereka. Setelah menghela napas panjang ia lalu duduk membelakangi Jimin, kerutan di wajahnya tampak begitu jelas.

Pikirannya kacau, berusaha untuk tidak menyangkut-pautkan kejadian yang baru saja dialami Jimin dengan dirinya di masa lalu. Tidak, pasti bukan. Yoongi mengulangi kata-kata tersebut di dalam batinnya.

"Y-yoongi... gelap...." Lirihan Jimin membuat Yoongi tersadar dari pikiran yang membebatnya. Jari Jimin kini menariki kaos yang ia kenakan.

"Oh, maaf, Ji." Yoongi segera bergerak melaksakan keinginan Jimin, seperti orang linglung, lalu kembali duduk di sampingnya.

Jimin yang tadinya terpejam sekarang membuka sayu kedua matanya. Menemukan Yoongi mengulas senyum tipis dengan tangannya yang bergerak membelai lembut rambutnya ke belakang.

Sebenarnya banyak yang ingin Yoongi bicarakan, tapi ia mengerti keadaan Jimin yang sekarang tak sepatutnya membahas kejadian yang baru saja dialaminya. Maka dari itu, Yoongi tetap setia mengusap surai Jimin sampai dengkuran halus terdengar dari celah bibirnya. Mengantarkan Jimin menyambut bunga tidurnya.

"Udah tau identitasnya?" tanya Yoongi tanpa basa-basi setelah telepon berhasil tersambung, berjalan menuju dapur untuk melepas dahaga.

"Park Chanyeol. Dia ternyata predator yang suka nyari mangsa di klub-klub gay. Korbannya lumayan banyak."

"Kamu kenal dia?"

"Nope."

"Dia sendirian? Atau anggota kelompok tertentu? Apa ada kaitan dengan kejadian dulu?"

"Menurutku dia cuma sendiri, nggak masuk ke perkumpulan atau suatu kelompok tertentu, jadi... kayaknya nggak ada hubungannya sama kejadian dulu. Aku emang beberapa kali tahu sih dia ke tempatku. Tapi, nggak kusangka..."

Yoongi menarik napas panjang. Mengambil minuman botol dari dalam kulkas untuk kemudian meneguk separuhnya dalam satu tarikan napas lalu mengembalikannya ke tempat semula. Setidaknya, dia bukan seseorang yang berhubungan dengan dirinya saat masih berseliweran di dunia malam.

"Sekarang dia dimana?" lanjut Yoongi.

"Masih aku tahan. Sebenernya aku bisa kumpulin bukti dulu dari korban-korban dia kalau mau kuterusin ke kepolisian."

Yoongi hanya mendesah keras sebagai penyalur segala frustrasi yang dirasakannya. Mengeraskan rahang dengan kedua mata yang berkilat menahan amarah. Tangannya tanpa sadar mencengkeram ponselnya kuat.

Kejadian kali ini mengingatkan akan pertemuan pertamanya dengan Yeosang, yang saat itu juga hampir menjadi korban dari seorang predator.

"Gue... seenggaknya pengen banget nendang mukanya. Tapi... yah, selanjutnya terserah lo mau apain dia."

Perkataan Yoongi yang tiba-tiba berubah dingin dengan nada yang menurun drastis membuat Hoseok di ujung telepon sedikit bergidik. Mendengar Yoongi mengubah panggilan dari "aku-kamu" menjadi "lo-gue" mengingatkannya akan kenangan lama dan masa lalu dengan mantan pacarnya itu.

"Yoongi? Kamu... mau ngasih dia pelajaran dulu sebelum--"

"Nggak, Hos. Sekesel-keselnya gue sama keparat macem ginian, gue udah nggak mau ngotorin tangan gue lagi. Gue serahin dia sepenuhnya sama lo. Ntah mau laporin dia ke polisi atau gimana, yang pasti... Jimin jangan sampai ikut terlibat."

"... Jimin, ya? Nama laki-laki yang baru kamu selamatin tadi?... Pacar kamu, Yoon?"

Yoongi dapat membayangkan senyum tipis Hoseok di sana.

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang