Jimin bergelung nyaman di dalam dekapan Taehyung. Keduanya kini duduk bersisian di sofa selesai makan malam.
Setelah Taehyung datang tadi, sahabatnya itu memberikannya pelukan sampai ia merasa kembali tenang. Kemudian, Taehyung memasakkan makan malam dengan menu yang mudah dicerna oleh perutnya.
"Ayo tidur di kamar, Jim." Taehyung mengajak Jimin untuk segera tidur. Mengingat kondisi Jimin yang bisa saja jatuh sakit sewaktu-waktu. Ia ingat perkataan Jimin kemarin mengenai dirinya yang tak berselera makan.
"Gue masih pengen di sini, Tae."
"Di sini dingin, Jim. Atau mau gue ambilin selimut?" tawar Taehyung.
Jimin pun lantas hanya mengangguk. Taehyung segera mengambil selimut Jimin dari kamarnya, lalu menyelimutinya dan kembali memeluk lelaki itu dari samping.
Televisi di depan mereka menayangkan sebuah drama percintaan. Jimin yang biasanya lebih suka bermain ponsel, kini sengaja menghindarinya dan memilih untuk menonton televisi. Walau tak paham dengan ceritanya, Jimin cukup terhibur dengan akting lucu sang pemain utama pria.
Taehyung mengusap-usap rambut Jimin yang jatuh di keningnya. Tindakannya tersebut lambat laun membuat mata Jimin semakin berat, seakan menuntunnya menuju alam mimpi. Dan benar saja, tak sampai lima menit kemudian, Jimin sudah terpejam dan bernapas teratur. Ia jatuh tertidur.
Taehyung tak langsung memindahkan Jimin ke kamarnya. Ia menunggu beberapa saat sampai Jimin benar-benar pulas. Setelah merasa cukup, barulah ia menggendongnya. Taehyung lantas memilih ikut tidur di samping Jimin, lalu menyelimuti tubuh keduanya dalam satu selimut.
Taehyung menatap teduh sisi wajah Jimin yang berada di hadapannya. Tak lama, Jimin bergerak menyamping dan membuat wajah itu berada tepat di hadapannya. Taehyung meraih sisi wajah Jimin dan mengusap pipinya lembut.
"Kalau aja lo terbuka ke gue sejak awal, Jim … lo pasti sekarang udah sama gue, dan nggak perlu ada kejadian buruk yang nimpa lo kayak gini," bisiknya lirih.
Setelah cukup puas memandang Jimin, Taehyung mengikis jarak untuk mengecup bibir tebal itu. Ia diamkan bibirnya menyatu dengan bibir Jimin begitu lama. Seolah dengan melakukan hal itu, Jimin akan tersihir dan seketika menjadi miliknya.
"Gue cinta banget sama lo, Jim. Yang pantes buat lo bukan Yoongi, tapi gue."
Taehyung menyatukan keningnya dengan kening Jimin. Ia lantas sedikit menaikkan posisi tidurnya hingga kepala Jimin sejajar dengan ceruk lehernya. Tubuh kecil itu dipeluknya kemudian. Perasaan nyaman seketika memenuhi hati Taehyung.
Ya, memeluk Jimin akan selalu membuat Taehyung merasa nyaman. Ia sangat menyukai saat-saat keduanya tidur bersama seperti ini.
×××
Keesokan harinya, Jimin merasa sekujur tubuhnya lemas setelah bangun. Kepalanya pening. Kelopak matanya panas.
Jimin melenguh pelan saat mencoba untuk duduk.
"Taehyung, bangun. Gue demam ...." Jimin berbisik membangunkan Taehyung. Ia kembali berbaring dan menggoyang badan Taehyung. "Tae, bangun ...."
Tak lama kemudian, kedua mata Taehyung terbuka perlahan. Ia mendapati Jimin yang tengah menatapnya dengan pandangan sayu dan kedua pipi yang memerah.
"Gue demam, Tae ...."
Bisikan Jimin seketika membuat Taehyung terbangun dan sadar sepenuhnya. Ia bergegas duduk dan memeriksa kening Jimin. "Astaga, lo sakit, Jim."
"Iya. Kayaknya karena akhir-akhir ini gue makan nggak teratur."
Taehyung memandang Jimin penuh khawatir. Ia lantas turun dari ranjang dan memakai jaketnya. "Gue beliin sarapan aja ya biar cepet. Persediaan obat lo masih ada, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...