18

2.5K 262 31
                                    

"Wah, kemajuan tuh, Yoon." Namjoon terkekeh saat Yoongi selesai menceritakan kejadian di kediaman Jimin semalam. Sedangkan Seokjin yang duduk di sebelahnya hanya bertopang dagu memandang heran pada Yoongi di depannya, mencerna lebih jauh dari apa yang baru saja didengarnya.

Ketiganya sedang duduk mojok di rooftop kantor saat istirahat siang, memilih spot yang sepi agar dapat bebas mengobrol. Tak banyak yang tahu soal kedekatan Yoongi dengan pasangan Namjoon dan Seokjin karena Yoongi aslinya jarang sekali berkomunikasi dengan keduanya kalau sedang di kantor.

"Aku sendiri yang bilang nggak pengen dia jijik, aku sendiri yang main sosor..." Yoongi mendengus panjang, sedikit menyesali perbuatannya kemarin. Tapi Jimin waktu itu nampak biasa saja dan tidak menolak. Bahkan tidak mengata-ngatainya setelahnya. Dia hanya terkejut, itu saja. Apa memang Jimin sudah mulai membuka hati untuk Yoongi?

"Lagian kamu aneh. Omong doang gede, nggak bakal gini-gini. Eh pas di depan Jimin nggak pake mikir dulu." Seokjin menyahut, sedikit kesal.

"Nggak papa dong, sayang. Malah bagus, kan. Terobos aja! Udah dikasih lampu ijo itu namanya." Namjoon mengompori.

"Nggak usah dengerin Namjoon. Sesat." Seokjin melirik sebal ke arah kekasihnya. Namjoon balas dengan merangkul pundak Seokjin, mendusel ke ceruk lehernya dengan kekehan jahil.

"Alah udah pada gede juga. Langsung aja kasih tunjuk ena-enanya gimana, greget banget gue dari dulu."

"Udah ih ngaco mulu omonganmu." Seokjin menyikut Namjoon pelan. "Tapi beneran deh. Aku heran dia kok diem aja kamu cium keningnya. Nggak ngelawan atau ngatain kamu kayak biasanya?" Mata Seokjin menyipit penuh selidik.

Yoongi menggeleng sebagai jawabannya. "Cuma kening aja, kan?"

"CUMA KENING!?" Seokjin mengulang perkataan Yoongi keras. Membuat Namjoon maupun Yoongi kaget oleh suara tingginya barusan. "Bisa-bisanya kamu bilang cuma!? Astagaaa!"

"Ya kan cuma kening!? Jidat!?" balas Namjoon. "Bukan di tonjolan—"

Seokjin meraup mulut Namjoon yang seenaknya berucap sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya. Kalau sudah bertiga begini memang mulut Namjoon tidak ada filternya. Heran.

"Serius deh, itu tuh—" Seokjin mengangkat kedua tangannya, mencoba menjelaskan menggunakan gerak-gerik gemas dengan jarinya. "Sakral banget, lah. Gimana, sih!? Emang kalian aja yang nggak ngerti, otak kok isinya ngewe doang!"

"Heh! Enak aja!" protes Yoongi, tidak terima. "Lakimu, tuh. Aku mah enggak."

"Heokhin, hepahin! (Seokjin, lepasin!)," ucap Namjoon kesusahan, masih dijepit mulutnya sama jari-jari Seokjin.

"Kamu tuh beneran Yoongi yang pernah naklukin Jung Hoseok bukan, sih? Ckckck heran aku, tuh." Seokjin menggeleng, tidak mengerti akan sikap Yoongi yang sekarang menurutnya beda jauh dengan dirinya yang dulu saat sedang mendekati seseorang. Sebegini hebatnya Jimin membuat Yoongi jadi budak cinta. Tidak tanggung-tanggung.

"Bibirku jadi sakit, dong." Namjoon mendekati Seokjin setelah mulutnya terbebas, langsung menciumi pipi Seokjin tanpa pikir panjang.

"Ya udah. Trus selanjutnya kamu mau gimana?" lanjut Seokjin. Membiarkan Namjoon bermain-main dengan pipinya, kali ini dipencet-pencet.

"Nanti sepulang kerja, aku mau ngatasin satu masalah. Yah, semoga dia beneran mau dan nggak menghindar," jawab Yoongi pelan.

.

.

.

"Yoongi, mau nunggu sampe kapan, sih? Gue mau pulang!"

Jimin merengek karena berkali-kali Yoongi menahannya untuk tidak segera pulang, menunggu meja di sekitar mereka kosong, katanya.

"Sebentar aja, Ji. Masih ada Taemin di sebelah. Tunggu dia pulang dulu."

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang