Sial, harusnya Yoongi ikut membasahi kerongkongan juga sebelum kembali duduk di sana. Sebelum kembali mendengar apa yang ingin Jimin utarakan selanjutnya.
Kerongkongan Yoongi sekarang terasa begitu kering. Ia menjilat bibirnya sesaat lalu meneguk ludahnya sendiri. Menenangkan diri sebab sesaat lagi ia tahu Jimin akan meneruskan ucapannya. Dirinya tidak siap, saat Jimin justru begitu lancar mengucapkan kata demi kata, mengutarakan isi hatinya. Sedangkan Yoongi yang sedari tadi mendengarkan itu semua tak mampu membalas satu pun ucapan Jimin. Lidahnya begitu kelu.
"Haha, sori. Lo nggak perlu jawab kata-kata terakhir gue." Jimin menunduk dalam, memakaikan tudung hoodie untuk menutupi kepalanya.
"Ji-Jimin... tolong ulangi pertanyaan barusan, t-tapi sambil hadap kemari." Yoongi gugup. Begitu gugup. Ia tahu permintaannya barusan akan berdampak apa ke depannya kalau Jimin benar-benar melakukannya.
Detak jantung Yoongi mengencang, seiring gerakan Jimin yang mengubah posisi duduk yang kini bersila tepat di hadapannya. Jimin yang masih saja menunduk dengan tudung hoodie yang menutupi kepalanya membuat Yoongi sulit menebak ekspresi apa yang sedang dibuatnya.
"Ji? Lihat kemari." Yoongi mencoba menguasai diri. Mengangkat dagu Jimin untuk bertemu pandang dengannya.
Mata lebar yang sekarang nampak sayu dan sedikit memerah karena sebelumnya menahan tangis itu, lalu bibir tebal yang sedikit dikulumnya untuk mengatasi rasa gugup atau perasaan lain-lain yang dirasakannya, membuat Yoongi begitu tegang.
"Lo suka gue... sayang... apa cinta?" lirih Jimin, terdengar seperti berbisik. Menatap lurus ke kedua manik Yoongi yang semakin nampak sipit karena kurang tidur, tapi kali ini sedikit membulat setelah ia melontarkan pertanyaannya.
Yoongi menarik bibirnya ke atas, mengulas sebuah senyum yang terlihat begitu manis di mata Jimin. "Kalau ketiganya... gimana?"
Tangan Yoongi bergerak meraih kedua tangan Jimin, membawanya di tengah-tengah mereka. Melihat kedua ibu jarinya mengusap punggung tangan Jimin dengan halus. "Kalau ketiganya gimana, Ji? Atau kamu cuma butuh satu jawaban? Maaf, kalau aku serakah begini." Kemudian menyatukan pandangan lagi dengan Jimin.
"K-kalau bener ketiganya... Tolong bantuin gue nyari arti apa yang gue rasain sekarang. G-gue... nggak paham."
"Apa yang nggak kamu pahami? Soal kamu? Soal aku? Atau... perasaanmu ke aku?"
"Se-semuanya..."
Jimin menggigit bibirnya. Menunduk lagi. Lama-lama melihat Yoongi sebegini dekat, Jimin tersadar. Pria itu begitu manis, tampan, dengan bibir mungil serta mata sipitnya yang tampak seperti mata kucing. Dan juga senyumnya, senyum tulus yang akhir-akhir ini selalu ia tujukan padanya. Jimin benar-benar menyadari itu semua. Yang bahwasannya, Yoongi begitu... menarik?
Tangan Yoongi bergerak membuka tudung hoodie yang menutupi kepala Jimin. Mengusap rambutnya ke belakang penuh sayang. "Aku bantu pelan-pelan, ya. Karena aku tahu, rasanya kayak gitu itu gimana. Karena aku juga pernah di posisi kamu, bertanya-tanya soal diriku sendiri, soal perasaan anehku pada laki-laki lain, dan sebenarnya aku ini kenapa.
Memang nggak mudah, dan awalnya seperti mati-matian ingin menolak. Tapi ujung-ujungnya aku tersadar, memang orientasiku tidak seperti orang-orang pada umumnya. Aku masuk ke golongan kaum minoritas."
Kerutan di dahi Jimin muncul secara samar. Apakah benar yang dirasakannya ini juga sama seperti Yoongi saat itu? Apa iya? Apa iya perasaan aneh yang sekarang menyelimuti dirinya adalah perasaan suka kepada seorang Min Yoongi yang berada di hadapannya saat ini? Kalau memang iya, Jimin tak mau bersusah payah menghindar lagi. Ia lelah. Kalau memang iya, Jimin ingin membuktikannya sekarang. Mencari jawabannya saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...