21

2.6K 260 21
                                    

Warning :  violence, sexual assault, attempt of rape, 🔞
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Langkah Jimin gusar menapaki trotoar yang makin ramai oleh para pejalan kaki. Pusat kota yang tak pernah sepi akan manusia-manusia tampak semakin berjejalan di penghujung malam weekend seperti ini.

Jimin yang sedari tadi berusaha mengalihkan pikiran dengan sibuk membacai nama tiap tempat yang dilewatinya, kemudian berhenti tepat di depan salah satu klub dengan nama yang terukir di kaca jendelanya yang begitu besar. Sengaja mencari tempat untuk menenangkan diri. Karena, pikirannya saling tumpang-tindih dan begitu kecewa sebab pengakuan diri Taehyung yang sungguh mengoyak kepercayaan di antara keduanya selama sekian tahun.

Tanpa pikir panjang lagi, Jimin mengambil langkahnya menyerbu masuk ke dalam sana.

Sekilas mengedar pandang ke ruangan mewah yang baru dimasukinya, langkah Jimin terhenti di depan meja bartender, memilih duduk di kursi tinggi di depannya. Ia memesan segelas Tequila Sunrise karena walaupun ingin mengenyahkan pikiran-pikiran yang terus menyelimutinya dengan cara mabuk, dirinya tetap memilih minuman yang masih dapat ia nikmati.

Hampir satu jam Jimin duduk dan sesekali mengikuti lagu yang menghentak gendang telinganya begitu keras. Pandangannya tak pernah berpindah dari arah dance floor, lalu bergantian ke arah pertunjukan dj yang tepat di atasnya.

Remang-remang ruangan yang bersatu dengan musik keras turut membawa Jimin ke keadaannya yang sekarang sudah setengah mabuk. Sudah lama ia tak ke klub malam seperti ini. Setelah menapakkan kaki ke Ibukota, ia sama sekali tak pernah mengunjungi klub. Ini kali pertama ia datang lagi, sendirian pula.

Jimin menghela napas panjang, tak menyadari bahwa di sampingnya sudah duduk seseorang yang tengah memandanginya.

"Hai. Sendirian?"

Jimin menoleh menghadap pria tersebut. Senyuman tipis pria itu hanya dianggapnya angin lalu, karena Jimin justru melengos begitu saja dan kembali menghadap ke arah kerumunan orang-orang yang asyik berjoget di bawah sana.

"Mau kutemani menari?"

"Tidak, terima kasih," tolak Jimin sesopan mungkin. Walau aslinya ia merasa sangat terganggu oleh kehadirannya. Terlebih, merasa sok asik dan sok kenal.

"Sayang sekali kalau kau datang ke klub hanya duduk-duduk santai begini. Mana temanmu?" Pria tersebut berdiri dan merangkul pundak Jimin. Mendekat ke telinganya untuk kemudian berbisik. "Kalau kau sendirian, aku bisa menemanimu."

Jimin bergerak tak nyaman di dalam rangkulan pria asing itu, mencoba melepaskannya. "Maaf, aku sebentar lagi akan pulang."

"Mau pulang ke tempatku?" Tubuh pria itu semakin mendekat seakan memeluk Jimin dari belakang. Tangan Jimin berusaha menjauhkannya, namun karena dirinya yang sudah setengah mabuk, kekuatannya tak sebanding dengan pria yang memang proporsi tubuhnya lebih besar darinya.

Jimin turun dari duduknya setelah membayarkan beberapa uang cash ke seorang bartender yang tadi melayaninya. Melangkah menuju pintu keluar.

"Kau mabuk, sayang? Aku akan membantumu."

"Bisa kau pergi? Aku tidak butuh bantuanmu!" Jimin menggerundel tak senang.

"Sombong sekali." Kekehan terdengar dari mulut pria itu, membuat Jimin merinding dan bergegas untuk segera pergi dari sana. Namun saat Jimin hampir mencapai pintu keluar, badannya ditarik paksa oleh pria yang terus mengikutinya tersebut. Membawanya menuju tempat yang semakin minim pencahayaan.

Mulut Jimin sontak berusaha berteriak, tetapi sebuah tangan dengan sigap membungkamnya. Jimin meronta selama dibawa menaiki tangga dan menuju ke tempat yang lebih gelap dan semakin jauh dari ingar-bingar musik. Melewati lorong dengan banyak pintu di kedua sisinya.

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang