Park Jimin mengekor saja pada salah satu pegawai baru yang juga sama sepertinya, digiring ke dalam ruang kantor perusahaan tempatnya bekerja.
Ia berdiri berjajar dengan empat pegawai baru lainnya di dekat pintu masuk, di depan sebuah papan tulis putih lumayan besar.
Sang staf pimpinan memperkenalkan mereka pada para staf yang semuanya sudah berdiri dari duduknya. Satu per satu pegawai baru tersebut menyebut nama mereka hingga giliran Jimin tiba.
"Saya Park Jimin, berasal dari Busan. Mulai sekarang mohon kerjasamanya." Jimin membungkuk hormat disertai senyuman manisnya, dan calon rekan-rekan kerjanya merespon dengan tepuk tangan formal serta membalas dengan anggukan.
Di sinilah Jimin akan menghabiskan waktu 8 jamnya untuk bekerja. Sebuah kantor yang desainnya sudah seperti bilik warnet.
Setiap meja kerja terlihat seperti bilik ruangan yang terdiri dari seperangkat meja berlemari kecil dan sebuah kursi hidrolik. Bedanya, di satu bilik ada yang terdiri dari 2 meja dan 2 kursi, dan satu lagi versi single-nya.
Dari pintu masuk, terdapat 6 meja seperti itu yang berderet memanjang ke belakang di kiri kanan, menyisakan ruang longgar di tengah sebagai jalan utama.
Karena jarak meja terbilang cukup jauh, jadi ruangan tidak terlihat berjubel.
Saat mengamati meja berbilik di depannya, sebuah pikiran nakal hinggap di kepala Jimin kalau bilik yang berisi dua meja itu bisa saja dijadikan sebagai tempat mesum. Namun, setelah mengetahui bahwa bilik tersebut hanya boleh diisi dengan rekan sesama jenis, membuat Jimin tersadar akan lamunan joroknya barusan.
"Park Jimin, ayo kuantar ke mejamu."
Jimin mengikuti sang pimpinan, Kim Namjoon, setelah beliau selesai menunjukkan meja untuk karyawan baru lainnya.
"Yoongi, mulai sekarang Jimin akan menempati meja di sebelahmu," ucap sang atasan pada pegawai berkulit pucat dan bermata sipit di depannya. "Kau bisa bertanya padanya kalau ada hal yang tidak kau mengerti." Kali ini ucapannya ditujukan pada Jimin, yang langsung dihadiahi anggukan olehnya.
"Bimbing karyawan baru ini ya, Yoongi. Selamat bekerja." Ia menepuk bahu Jimin sambil tersenyum ramah, sebelum meninggalkan keduanya yang membungkuk hormat.
Jimin tidak menyangka kalau meja tempatnya bekerja letaknya paling jauh dari pintu masuk kantornya. Belum-belum pikirannya sudah melanglang buana, bagaimana jadinya kalau saat lembur sendirian di malam hari lalu seketika mati lampu dan ia diganggu oleh sesuatu, pasti akan memakan waktu lebih lama hanya untuk lari menuju pintu.
Astaga, Jimin menyumpahi pikirannya sendiri yang sudah nyeleneh di jam 9 pagi.
"Aku Min Yoongi." Pria yang usianya tak cukup jauh dari Jimin itu bersuara, membuat Jimin tersadar dari lamunan tak berfaedahnya.
"Saya Park Jimin. Mohon kerjasamanya, Yoongi-ssi." Jimin membungkukkan badan sekilas, sementara Yoongi hanya membalas dengan anggukan cepat.
Pria bersurai hitam itu duduk kembali ke kursi, membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidung mungil nan mancungnya, lalu sudah tenggelam dengan pekerjaan di layar komputer.
Jimin berjalan ke belakang kursi Yoongi, menarik mundur kursinya sendiri dan meletakkan tasnya di sudut meja yang kosong. Ia duduk di kursi nyaman itu dan mulai menyalakan komputer.
"Jimin, ini pekerjaanmu hari ini. Kalau ada yang tidak mengerti, bisa kau tanyakan pada Yoongi."
Namjoon datang lagi setelah pergi sejenak mengambil sebuah map cukup tebal dan memberikannya pada Jimin.
Jimin menggangguk, menerima map tersebut dan langsung memulai pekerjaannya.
Kertas-kertas yang berisikan data dan angka yang selama ini sudah lama Jimin telan bulat-bulat selama masa kuliah dalam bentuk gambar, kali ini berwujud nyata.
Ya, Jimin adalah seorang staf akuntan.
×××
"Yoongi-ssi... bisa bantu aku soal ini?" Jimin dengan canggung mencondongkan sedikit badannya ke arah Yoongi. Akhirnya, saat dimana Jimin terjebak oleh jalan buntu dengan pekerjaannya datang juga.
"Coba kulihat." Yoongi menggeser kursinya sampai menyentuh kursi Jimin, mengambil alih mouse dari tangannya.
Jimin otomatis bergerak mundur untuk memberi ruang pada Yoongi agar leluasa menghadap layar komputer berukuran 16 inchi-nya.
Cukup samar. Namun hidung Jimin menangkap wangi parfum yang digunakan oleh pria bermarga Min itu. Menyejukkan, tapi juga berbaur dengan sentuhan manis, seperti bau--jeruk?
Tak butuh waktu lama bagi Yoongi untuk memperbaiki kesalahan yang Jimin buat. "Sudah. Kau salah memasukkan angka ini." Telunjuk pria itu menunjuk ke sebuah angka di kertas dan kolom pada layar secara bergantian. Tentu saja Jimin tersipu malu. Rupanya cuma salah memasukkan angka.
"O-ooh, gitu ya. Makasih," ucap Jimin gagu, merasa bodoh sendiri.
Yoongi hanya menjawab dengan senyuman tipis, lalu kembali ke mejanya.
×××
Selesai istirahat siang--yang dihabiskan Jimin makan di kafetaria sendirian--pekerjaan yang digarapnya hari itu hampir selesai juga. Ia melemaskan pundak dan kedua tangannya, lalu bersandar malas di kursinya. Dilihatnya meja Yoongi kosong saat itu, mungkin sedang ke toilet.
Tak lama setelahnya, Jimin menangkap layar ponsel Yoongi yang ditinggalkan di atas mejanya berkedap-kedip. Ada telepon masuk.
Jimin celingukan sebentar, tapi sang empunya ponsel masih juga belum kembali. Ia mendorong kursinya kesana kemari, sambil menatap layar komputernya yang sedang menayangkan video YouTube unboxing teflon anti lengket.
Jimin masih bermain-main dengan kursinya saat ponsel Yoongi kembali menyala. Kali ini sebuah pop up pesan yang muncul di sana tak sengaja tertangkap oleh mata Jimin.
💬 Kang Yeosang.
Yoonie, aku ingin ketemu.Jimin mengerutkan keningnya sesaat setelah membaca isi pesan tersebut. Namun, dengan segala tindak ketidaktahuan-diri Jimin, kini ia malah dengan sengaja membaca pop up notifikasi di layar ponsel Yoongi yang kemudian muncul secara terus-terusan.
💬 Aku nanti akan menemuimu sepulang kau kerja.
💬 Jangan coba-coba menghindar, oke?
💬 🥰
Akhirnya, Jimin kembali ke mejanya sekarang setelah menyaksikan sekelumit picisan yang dulu mampu membuat perutnya bak dipenuhi kupu-kupu, tapi kini malah membuatnya mual.
Ooh, si Yoongi itu udah punya pacar?
Jimin jadi kembali mengingat pahitnya cerita percintaan masa kuliahnya.
Huh!
Cinta, ya...
Jimin ingin tertawa saja rasanya. Setelah merasakan cinta yang selama 4 tahun dijalaninya kandas di tengah jalan, Jimin jadi skeptis dan meremehkan apa arti cinta baginya. Gak ada yang namanya cinta-cintaan lagi. Bullshit!
Jimin memutar kedua bola matanya jengah, namun tak sampai dua detik kemudian justru melotot terperangah bagai disambar petir di siang bolong.
Kang Yeosang?
...
Kok kayak nama cowok!?
——————————————————
Vote dan komennya kalo suka 💜
Apalagi kalo di-share eheheh 🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...