"Hei, Jim...."
"Taehyung, kok— lo ada di sini?"
Jimin tersentak dari duduknya, kaget ketika mengetahui yang datang saat ia menunggu Jungkook kembali dari memesan minuman justru bukanlah pria bergigi kelinci itu, melainkan Taehyung.
Pria yang baru datang itu tersenyum canggung, meletakkan dua gelas minuman dingin ke atas meja, duduk di seberang Jimin. "Sorry, gue emang sengaja minta tolong ke Jungkook. Abisnya... lo udah berapa hari hindarin gue terus, Jim. Gue ga ngerti lagi kudu pake cara kayak gimana buat ketemu sama lo."
Sedikit merasa bersalah atas sikap mendiamkannya akhir-akhir ini, Jimin mengulas senyum kecut sebelum merogoh kantong untuk mengambil ponsel. Bermaksud mengirim pesan protes pada Jungkook karena seenaknya mempertemukan dirinya dengan Taehyung begini.
"Jim... kabar lo—gimana?" Taehyung menggigit bibirnya cemas. Takut kalau Jimin memilih angkat kaki dari hadapannya sekarang.
"Gue... baik." Sedikit jeda, karena Jimin merasa canggung juga tiba-tiba bertemu dengan cara seperti ini. "Sorry, kayaknya gue terlalu lama ngediemin lo kemarin." Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa tidak enak. Harusnya, kemarin-kemarin ia sudah membalas setidaknya satu pesan agar Taehyung tak terus-menerus menggencarnya selama berhari-hari. Tetapi memang, Jimin sendiri juga nyatanya tidak tahu harus bagaimana menanggapi pesan atau menjawab telepon dari Taehyung, dan selalu memikirkan hal tersebut terlalu lama hingga ujung-ujungnya malah mengacuhkannya.
"Ga apa-apa." Taehyung menggeleng. "Sorry ya, Jim. Lo harus tau dengan cara kayak kemarin." Senyum tipis nan kecewa terukir di bibir Taehyung. "Mungkin... lo ngejauhin gue kemarin karena terlanjur jijik sama gue, ya? Lo ga mau deket-deket gue, terus—"
"Taehyung." Jimin memotong cepat ucapan Taehyung sebelum pria itu menyelesaikan kalimat yang tak ingin didengarnya. "Gue ga mikir sampai sejauh itu. Lo ga usah ngomong atau mikir yang aneh-aneh. Dan... gue udah ga marah, sebenernya. Cuma, gue bingung aja. Ya—awalnya emang, gue marah. Tapi sekarang udah ga apa-apa, kok. Lo jangan ngerasa bersalah lagi. Jangan mikir yang engga-engga."
"Tapi—"
"Udah, Taehyung. Ga apa-apa. Gue rasa udah ga perlu bahas-bahas ini lagi. Yah, anggep aja itu cuma informasi baru yang gue tau dari lo. Ga ada yang perlu diperlebar lagi masalahnya. Gue terima lo yang kayak gini, Taehyung."
"Lo... ga masalah gue kayak gini, Jim?"
"Ga masalah."
"Beneran, Jim?" Kedua mata Taehyung melebar.
"Lo kenapa sih, Tae? Ya kali gue permasalahin yang kayak ginian. Itu hak dan pilihan lo. Mau lo demen om-om, kakek-kakek, sugar daddy, gue ga bakal ikut campur. Asalkan lo tau yang mana yang terbaik buat diri lo. Yang terpenting, ga ngebahayain diri lo aja." Jimin meraih gelas terdekat dan langsung meminumnya. Setengah isi gelas ia habiskan. Mengeluarkan desah nikmat kemudian.
"Heheh. Syukurlah.... Gue takut banget lo jadi ngerasa gimana gitu sama gue setelah lo tau kebenarannya, Jim." Taehyung tersenyum lega. Sebenarnya, masih ada beberapa hal yang ingin ia bahas dengan Jimin, tapi sepertinya itu bisa dilakukan di lain waktu. Pandangannya yang semula berpusat pada wajah Jimin kini turun pada minuman yang sedang disedot pria itu. "Btw Jim, itu minuman punya gue."
"Iya, gue tau. Emang sengaja," jawab Jimin enteng.
Taehyung terkekeh pelan. "Kampret, lo. Bagi sini, jangan diabisin."
"Punya gue masih utuh, kok. Atau sana beli lagi. Gue tiba-tiba pengen minum yang ini." Jimin mundur menghindari tangan Taehyung yang berusaha meraih gelasnya. Ia tertawa pendek sembari menepis tangan itu. Dengan gelak tawa yang kembali turut mewarnai interaksi keduanya, rasa canggung mereka terhadap satu sama lain perlahan menguap. Kembali santai dan bersikap seolah tak ada masalah lagi di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...