"Bajingan!"
Beruntung kondisi pantry saat itu sedang kosong, jadi tidak ada seorang pun yang mendengar umpatan Jimin saat gelas kopi yang baru saja diletakkannya di atas meja justru tumpah ke kemeja putihnya akibat tersenggol oleh tangannya sendiri.
Sialan, pagi-pagi udah kejut jantung aja, umpatnya berlanjut dalam batin.
Jimin mengambil tisu banyak-banyak yang sudah disediakan di ruang itu, lalu membersihkan genangan hitam di atas meja serta yang menetes-netes ke bawahnya.
Setelah tadi pagi hampir tertabrak pesepeda saat berangkat ke kantor, kini kesialan kembali menyapanya. Ditambah ucapan Taehyung kemarin yang mengatai dirinya cantik, rusak sudah mood-nya sejak pagi.
Jimin memerhatikan noda hitam yang tercetak jelas di kemeja bagian perutnya dengan kesal sambil menggosokkan tisu, menyerap cairan hitam yang malah semakin meluas di kemeja kesayangannya.
Dengan gontai ia berjalan menuju toilet sambil menutupi noda dengan telapak tangannya, malu kalau-kalau ada yang melihatnya. Niat ingin me-refresh pikiran dengan secangkir kopi, malah berujung sial seperti ini. Rasanya ingin berkata lebih kasar lagi.
Jimin menghidupkan keran air begitu sampai di wastafel, lalu dengan perlahan mengeluarkan kemeja yang sebelumnya dengan rapi ia masukkan ke dalam celana kerjanya.
Belum lama Jimin membersihkan noda itu dengan air serta sabun cuci tangan, seseorang keluar dari bilik toilet dan berdiri mencuci tangan di sampingnya.
Pria itu terheran setelah tahu apa yang sedang Jimin kerjakan. "Kenapa itu?"
Jimin agak terkejut mengetahui ternyata Yoongi sudah berdiri di sampingnya. Ia refleks sedikit menjauh darinya. "Ketumpahan kopi," jawabnya singkat tanpa menengok sedikit pun ke lawan bicara, masih sibuk menggosok kemeja.
"Kau tak pakai outerwear apapun kan hari ini? Pakai saja blazerku untuk menutupinya." Tanpa berbasa-basi, Yoongi melepaskan blazer hitam yang dikenakannya, kemudian ia letakkan di meja wastafel.
"Tidak, tidak perlu. Ini tak masalah, kok." Tak pelak Jimin terkejut. Setelah kejadian di kafe dan saling tak menyapa setelahnya, kini pria itu melontarkan kalimatnya layaknya tak pernah terjadi apa-apa.
"Kau yakin? Lagipula kulihat area basahnya hampir menutupi seluruh perutmu. Kau yakin tak akan masuk angin?" Pandangan Yoongi turun menuju ke tangan Jimin yang masih sibuk membersihkan kemejanya.
Jujur saja, Jimin juga sebetulnya kepikiran soal ini. Tadi waktu berangkat ia cuma memakai kemeja kerja serta dasi panjangnya. Entah apa yang dipikirkannya sejak bangun pagi tadi. Rasanya kesialan bertubi-tubi menyerang tak ada habisnya.
"Um, oke. Aku pinjam dulu. Terima kasih." Ia kemudian mendengar respon dengungan Yoongi, lalu pria itu berlalu dari toilet, meninggalkan Jimin kebingungan sendiri akan perilakunya yang tiba-tiba baik padanya.
Setelah selesai membersihkan kemejanya, Jimin berjalan tergesa memasuki ruang kantor. Ia kemudian memperlambat laju langkahnya begitu mencapai bilik kerjanya. Tubuh kecil itu beringsut saat melewati belakang kursi Yoongi, dan begitu pelan menduduki kursinya. Entahlah, canggung saja.
Blazer hitam Yoongi sudah dipakainya sejak dari toilet, membuat tanda basah berwarna kecoklatan yang sebelumnya jelas tertinggal di bagian bawah kemejanya kini tertutup dengan sempurna. Dan rupanya, begitu pas dipakai di badannya.
Jimin mengangguk singkat saat Yoongi menyadari kedatangan dirinya dan menoleh padanya.
Di satu sisi, Jimin berhutang budi padanya, tapi di sisi lain, ia sebenarnya tak ingin Yoongi meminjamkan blazer itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...