29

3.2K 241 45
                                    

"Yoongi, seriusan boleh pilih semau gue?"

Jimin membelalakkan kedua matanya lebar, mematai deretan roti serta kue yang berada di dalam etalase. Bibirnya bergerak lucu seiring pandangan dan langkahnya yang bergeser pelan memilih roti mana saja yang akan ia ambil. Hingga terhitung total 5 jenis roti berukuran sedang sudah berada di atas nampannya. Ia mendekati Yoongi yang tengah berdiri agak jauh dari kerumunan.

"Lo mau yang mana, Gi? Gue ambilin sekalian," ucap Jimin tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Yoongi hanya menggeleng sambil tertawa lembut. "Aku cuma mau minum, kalau udah selesai ayo sekalian pesen minuman ke kasir."

Jimin mengangguk lalu berdiri berdampingan dengan Yoongi di deret antrian kasir. Memesan dua minuman dingin dan membawa kotak berisi roti-rotinya dengan senang hati menuju kursi mereka.

"Pelan-pelan makannya, Ji." Yoongi terkekeh pelan saat mengetahui krim vanilla yang tertinggal di ujung bibir Jimin, mengusap dengan jari kelingking dan menjilatnya habis. Dan itu membuat Jimin berhenti dari kegiatan mengunyahnya.

"Yoongi."

"Ya?"

"Cerita?" Kedua alis Jimin naik bersamaan. Tujuan mereka ke sini selain untuk makan tentu saja karena Yoongi sudah berjanji akan mulai menceritakan soal dirinya pada Jimin.

"Oke. Kamu mau tahu dari mana dulu?" Yoongi tersenyum hangat, membetulkan letak duduknya lebih tegak, menyatukan jemari dan menunggu Jimin memulai pertanyaan. Namun tak lama kemudian, pelayan datang dan membawakan pesanan minuman mereka. Jimin menyedot minumannya setelah menghabiskan roti pertamanya.

"Kok kayak lagi interogasi, ya?" Jimin terkekeh. Entah mengapa ia merasa gugup. Padahal juga, hanya melontarkan pertanyaan mengenai diri Yoongi. Apanya yang harus diresahkan?

"Kenapa, Ji? Kamu takut?" tanya Yoongi khawatir. Menangkap sirat gugup dari ekspresi wajah Jimin. "Kalau kamu ga tau harus mulai dari mana, biar aku aja yang cerita. Yah, semoga ga ada yang kelewat dan kamu tau semuanya." Yoongi mengelus puncak rambut Jimin menenangkan. Pria di hadapannya itu mengerjap beberapa kali sebelum bangkit dari duduknya, memilih untuk duduk di sampingnya. Membuat Yoongi mendenguskan senyum maklum kemudian.

—||—

Min Yoongi lahir di sebuah keluarga besar kaya yang sangat menggilai harta dan warisan. Terlebih keluarga dari ayahnya, karena sang kakek dari pihak ayahnya merupakan seorang pengusaha sukses dan terpandang di wilayahnya. Yoongi sedari kecil lebih suka dididik oleh kakeknya yang lebih bebas daripada didikan orang tuanya sendiri yang begitu ketat dan banyak aturan. Oleh karena itu, hubungan Yoongi jauh lebih dekat dengan kakeknya daripada ayah atau ibunya. Dan demikian halnya, membuat Yoongi menjadi cucu yang paling disayang oleh kakeknya tersebut. Yoongi kecil pun lebih suka berlama-lama berada di rumah besar kakeknya yang juga ditinggali paman dan bibinya, daripada di rumah orang tuanya sendiri.

Selain dengan kakeknya, Yoongi dekat sekali dengan satu-satunya kakak kandungnya. Hampir setiap hari Yoongi dan kakaknya itu bermain bersama, walaupun jarak umur keduanya terbilang cukup jauh. Yoongi saat SD sangatlah suka bermain di rumah sang kakek dan tak suka bermain di luar bersama anak-anak seumurannya.

Saat masuk ke jenjang SMP, keadaan keluarganya perlahan menunjukkan bagaimana kacau dan sesatnya akal mereka dalam bersaing soal harta. Permainan kotor serta manipulasi terhadap sesama saudara yang menginginkan pembagian hasil atau warisan dari sang kakek. Padahal, kakeknya masih sehat-sehat saja saat itu. Namun paman dan bibinya sungguh tak tahu diri meributkan hal yang tak sepantasnya mereka lakukan. Hal ini membuat Yoongi muak dan berujung sering pulang malam, bahkan menjadikannya jarang pulang ke rumah besar kakeknya, apalagi ke rumah orang tuanya.

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang