35

585 67 19
                                    

Matahari yang tadinya masih memancarkan warna jingga, kini perlahan semakin meredup.

Lampu-lampu jalanan dan bangunan mulai menyala satu per satu. Menandakan petang telah menjelang.

Entah ke mana Yoongi akan membawa Jimin. Ia menurut saja dan tidak banyak bertanya sebab emosi yang tadi dirasakannya masih belum surut sepenuhnya.

Keduanya berjalan beriringan, dengan sesekali Yoongi menggandeng tangannya. Di tempat umum seperti ini, Jimin sebenarnya sedikit tidak nyaman dengan kontak fisik seperti bergandengan tangan, sebab dirinya belum terbiasa. Ia tidak suka menjadi perhatian orang-orang lalu lalang karena kedekatannya dengan Yoongi. Jimin masih belum siap dianggap atau dilihat sebagai penyuka sesama jenis oleh orang lain.

Namun, apa pun yang tengah ia rasakan, Jimin mencoba untuk menghadapinya dan berusaha agar dapat terbiasa. Karena nyatanya, dirinya kini sudah termasuk ke dalam golongan minoritas, sama seperti Yoongi.

Setelah turun dari bus dan berjalan cukup jauh, melewati banyak undakan naik dan turun, akhirnya Yoongi menghentikan langkahnya. Yoongi menggandeng tangan Jimin menuruni tangga pendek menuju ke sungai kecil. Tidak jauh dari sana ada sebuah kafe, dan di sepanjang pinggir sungai itu berjejer meja dan kursi yang masih kosong.

Yoongi membawa Jimin masuk ke dalam kafe. Menyapa sang pemilik yang ternyata adalah kenalannya dan mengatakan pesanannya. Jimin sedikit menjauh dan melihat-lihat ke sekitar kafe karena Yoongi masih berbincang setelah tadi dikenalkan dengannya.

Setelah selesai membayar, Yoongi mengajak Jimin berjalan di sepanjang sungai dengan penerangan temaram itu.

Jimin sedikit takjub dengan pemandangan di sana. Lampu-lampu kecil di sepanjang pinggir sungai menambah nuansa romantis. Tidak seperti biasanya yang memilih kafe-kafe fancy sebagai tempat berkencan, kini Yoongi membawa Jimin ke sebuah kafe romantis. Di dalam hatinya tentu saja Jimin merasa senang. Ia sedikit tersipu saat Yoongi kembali menggandeng tangannya.

"Kamu suka tempat ini, Ji?" Yoongi menyilakan Jimin duduk setelah menarik mundur sebuah kursi. Ternyata ia memilih tempat paling ujung yang dekat dengan jembatan di atasnya.

"Hm, aku suka." Jimin menjawab setelah keduanya duduk berseberangan.

Yoongi tersenyum manis setelahnya. Kemudian menggapai tangan Jimin yang berada di atas meja untuk digenggam. Ia tautkan jari jemarinya dengan milik Jimin, mengusap ibu jarinya lembut.

Tak lama setelah itu, pesanan mereka datang. Yoongi memesan dua steak dan satu minuman untuk berdua, sebab selama menuju ke tempat ini keduanya sudah menghabiskan minuman dingin dari kafe sebelumnya yang menjadi saksi kejadian tak mengenakkan tadi sore.

Sepanjang makan malam, selama bercengkrama wajah Yoongi sangat berseri-seri dan tak pernah luput dari senyum manisnya. Diam-diam, Jimin terpana akan ketampanan Yoongi malam ini. Yoongi sungguh menawan.

"Ji, sini ikut aku sebentar."

Setelah keduanya menghabiskan makanan di piring masing-masing, Yoongi berdiri dan mengulurkan tangannya yang langsung saja disambut oleh Jimin tanpa bertanya.

Jimin berpikir, untuk saat ini ia tak perlu memikirkan bagaimana anggapan orang lain di sekitarnya. Ia hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Yoongi.

Yoongi menggenggam erat tangan Jimin sembari berjalan perlahan mendekati bagian bawah jembatan. Kemudian berhenti di dekatnya dan memeluk Jimin dari belakang.

Jimin tersenyum. Musik jazz yang menjadi ambiens suara yang diputar oleh pemilik kafe turut menambah kesan romantis dan menenangkan. Jimin sangat menyukai suasana di kafe ini.

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang