"Jimin, ayo. Tenang aja, kan ada aku. Kita pegangan tangan nanti loncatnya."
Jungkook menepuk pantat Jimin yang berada di atasnya. Langkah pria itu kembali berhenti di tengah-tengah tangga. Dengan kedua tangan berpegangan erat pada handrail.
"Nggak jadi aja, ya? Kaki gue tiba-tiba lemes banget liat bawah, Jung."
Jimin mengintip lagi ke bawah. Ke permukaan kolam renang yang kini berada lima meter di bawahnya. Jantungnya berdesir, perutnya mulas.
"Naik aja dulu. Beneran nggak apa-apa. Aku udah berkali-kali loncat malah. Seru banget rasanya." Jungkook terkekeh. Kembali kakinya menaiki titian tangga, mendorong tubuh Jimin agar terus maju. Mau tak mau, Jimin langkahkan juga kakinya naik. Ia pasrah.
Setelah sampai di tangga paling atas, Jungkook menggandeng lengan Jimin untuk berjalan bersama menuju ujung papan lompat.
Kedua tungkai Jimin benar-benar lemas sekarang. Berada di ketinggian sepuluh meter dari atas tanah nyatanya membuat nyalinya amat sangat menciut. Ia akan kembali menuruni tangga saat itu juga.
"Gue turun, Jung. Sumpah kaki gue gemeteran lama-lama berdiri di sini, anjir!"
"Udah di sini ih, nanggung." Kedua mata Jungkook seolah berbinar-binar memohon pada Jimin. "Please? Sekali seumur hidup kamu harus nyobain. Nanti setelahnya kamu mau apa aku kasih deh, janji."
Kernyitan di dahi Jimin tak lantas menyurut. Namun, tawaran Jungkook barusan setidaknya mampu membuat Jimin menimbang keputusannya.
"Beneran gue nggak bakal kenapa-kenapa 'kan kalo loncat ke bawah? Nggak patah tulang?"
"Enggakkk, ih. Kan tadi udah kutunjukin caranya di Google. Ikutin petunjuknya. Pasti aman."
"Nggak mending yang tiga meter aja? Gue 'kan sebelumnya nggak pernah sama sekali, Jung. Tinggi banget ini sepuluh meter, njir. Udah gila emang lo!"
"Aduh udahlah Jimin, udah terlanjur di sini juga. Aku udah gatel pengen loncat. Nggak malu kamu emangnya sama yang antri di belakang kita? Masa udah di atas, malah balik turun?"
Kekehan Jungkook menutup acara protes Jimin. Lelaki Park itu menelan ludahnya gugup. Kesal bercampur takut. Menatap lagi ke permukaan kolam di bawahnya. Ia merasa seperti tengah menantang maut.
"Ya udahlah, ayo," putus Jimin akhirnya. Pasrah juga.
Jungkook tersenyum lebar. Ia lantas menggandeng tangan Jimin erat. Mengajaknya mundur beberapa langkah. Setelahnya, ia mulai menghitung satu sampai tiga. Dan di hitungan ketiga, keduanya berlari serempak dan melompat secara bersamaan.
Kedua mata Jimin terpejam erat. Jantungnya seolah anjlok menuju perut dan membuat perutnya mulas bukan main. Ia berteriak kencang sebelum suaranya ditelan deburan air. Tubuhnya meluncur jauh ke dalam kolam sedalam lima meter itu. Setelah tubuhnya mulai melayang, Jimin bergegas berenang ke permukaan.
"Fwahhh! Puas banget! Gimana, Jimin? Seru, 'kan?" Jungkook sudah berenang mengitari Jimin seperti anak bebek mengitari induknya. Ia merasa lega mengetahui timing keduanya yang begitu tepat dalam melompat bersama.
Jimin tak merespon apa pun. Ia hanya berenang mengambang selama beberapa waktu. Rasanya, ia seperti telah kehilangan setengah nyawanya.
"Nggak lagi-lagi gue ngikutin ajakan sesat lo ya, bangke! Cukup sekali ini aja!" Jimin menggeram dan menunjukkan kepalan tangannya pada Jungkook. Jantungnya masih berdetak kencang akibat adrenalin yang baru saja ia rasakan. Sementara, Jungkook hanya terkekeh mendengarnya.
Jimin masih saja mengoceh, menumpahkan kekesalannya pada Jungkook. Hingga seseorang di atas sana berteriak pada keduanya, menyuruh mereka untuk segera menepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...