Jimin bukanlah tipe orang yang memaksa bekerja lembur. Jadi, saat tahu dirinya membuat kesalahan dan diharuskan melembur karena deadline yang begitu mepet, Jimin mau tak mau tinggal di kantornya lebih lama.
Sekarang, sudah masuk pukul 6 lebih. Sudah 2 jam'an Jimin mengerjakan ulang laporan yang diharuskan selesai hari itu juga. Dengan wajah serius nan masam, kedua mata dan tangan Jimin seperti berlomba menyelaraskan kinerjanya.
Jimin meneguk kopi hitam yang sudah tinggal setengah gelas. Ia mendengar celoteh staf lainnya yang juga memilih lembur di hari itu, saling melempar candaan.
Jimin mendengus. Enak kalian duduknya gak jauhan, di tengah-tengah. Nah gue nyempil di pojokan gini bisa apa.
Jimin berdiri sebentar dari kursinya, meluruskan punggungnya yang kaku. Rupanya, mereka tengah berkemas dan bersiap untuk pulang. Berkata akan langsung minum-minum setelah ini.
"Kau masih lembur, Park Jimin?" Salah satu dari mereka bertanya setelah mendapati Jimin muncul dari balik biliknya, membuat Jimin mengangguk sekilas. "Iya, aku tadi ada salah memasukkan data, jadi harus mengulang dari awal." Jimin meringis.
"Ow, masih lama? Kalau begitu kami duluan, ya."
Mereka saling melontarkan ucapan sampai jumpa besok pada Jimin, tak lupa juga ucapan terima kasih atas kerja kerasnya hari ini.
Dan kini Jimin benar-benar sendiri. Di dalam ruang kantor yang begitu sunyi, tak ada seorang pun selain dirinya.
"Hahhh..." Jimin mendesah, tiba-tiba merasa lelah sekali. Ia meluruh di atas kursinya. Gue sendirian, doooong, batinnya berujar.
Jimin lalu menghidupkan ponsel, menghubungi Taehyung agar ada yang menemaninya. Suasana yang sepi dengan tiba-tiba tak pelak membuat Jimin takut.
"Si anjir kemana pula. Kagak diangkat," gumamnya ricuh.
Setelah sambungan tak terjawab dua kali, Jimin kali ini menghubungi via videocall.
Tetap tak ada jawaban.
Jimin kemudian menghubungi Jungkook. Mengirim pesan padanya terlebih dahulu sebelum menelepon.
Tapi boro-boro bisa menelepon, pesannya saja belum dibacanya setelah menunggu hampir 10 menit.
Dengan desahan keras Jimin akhirnya melanjutkan pekerjaannya kembali.
Belum juga lama ia berkutat dengan laporan di hadapannya, samar-samar telinganya menangkap suara dari luar pintu ruang kerjanya.
Bunyi sepatu pantofel mengetuk lantai saling bersahutan dengan cepat. Karena menyadari lampu ruangan menyala di sebagian tempat, orang tersebut bersuara. "Ada yang masih lembur, ya?"
"Saya, Pak. Iya, masih belum selesai." Jimin berdiri, membungkuk ke arah Namjoon yang seperti sedang mencari sesuatu di laci mejanya, jauh dari meja Jimin di dekat pintu masuk. "Oh, Park Jimin? Apa kau menemui masalah lagi?"
"Tidak, Pak. Saya rasa setengah jam lagi beres."
"Baiklah. Saya duluan, ya. Selamat malam dan... hati-hati." Namjoon meringis lalu meninggalkan ruang setelah mengambil ponsel yang sebelumnya ia simpan di laci paling bawah.
Jimin tersenyum hambar. 'Hati-hati'? Harus banget ya pak, bilang gitu? Makasih lho.
.
Sudah enak-enak pikirannya tenggelam ke dalam pekerjaan, kali ini fokusnya pecah lagi saat suara getar timbul di meja sebelah, sontak membuat Jimin berjengit dari tempatnya duduk.
Duh, apaan lagi sekarang?
Dada Jimin berdetak tidak karuan berkat suara barusan. Ada apa di meja Yoongi? Seperti suara getar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...