"Ini—rumah siapa, Gi?"
"Rumah kakekku."
Jimin menoleh ke arah Yoongi dengan tatapan tak percaya. Ingin melempar pertanyaan lagi namun rasa kaget dan takjub mengalahkan niatnya. Ia hanya membuka mulut mengamati bagian depan bangunan itu dari ujung ke ujung. Lalu, pandangannya itu berhenti pada sepasang daun pintu lebar nan tinggi yang terbuat dari besi kokoh. Terdapat ukiran rumit di bagian atasnya.
Yoongi mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tas selempangnya, memasukkan ke lubang kunci dan mendorong salah satu daun pintu hingga terbuka. Ia persilakan Jimin masuk terlebih dahulu lalu menutup kembali pintu tersebut dan tak lupa untuk menguncinya kembali.
Terdapat taman setelah pintu masuk utama, bangunan agak kecil di sebelah kiri terlihat paling dekat, lalu bangunan yang lebih besar di sebelah kanan sedikit menjorok lebih dalam. Di antara kedua bangunan itu terdapat jalan lebar yang menuju ke bangunan lain di bagian belakang. Jimin mengikuti langkah Yoongi yang menuju ke arah bangunan besar di sebelah kanan.
Saat baru menaiki tangga, seseorang yang baru keluar dari dalam sana tampak sumringah dan menghampiri Yoongi dengan cepat. "Tuan Yoongi. Sudah lama sekali tidak berkunjung kemari," ucapnya setelah membungkukkan badan. Tersenyum cerah kemudian.
"Bibi Choi, aku cuma mampir sebentar untuk menemui kakek. Beliau ada di dalam? Sedang apa?"
"Beliau baru saja saya antarkan makan siang. Jadi, sekarang sedang makan siang, Tuan." Perempuan dengan umur kira-kira 40-an tahun itu melihat Jimin yang berdiri di belakang Yoongi, lalu mengulas senyum dan menunduk hormat. Jimin membalasnya dengan senyum kaku. Heran masih menguasainya.
"Oh, sedang makan siang. Ya sudah, saya tunggu di bangunan selatan. Nanti sampaikan pada beliau kalau sudah selesai makan, bahwa saya berkunjung kemari." Yoongi tersenyum sekilas sebelum turun kembali dan menarik tangan Jimin yang masih saja tak mengerti dengan situasinya saat ini. Meninggalkan bibi Choi yang sudah berjalan menuju bangunan yang lebih kecil, atau sebut saja paviliun.
"Yoongi—"
"Ya, kenapa Ji?"
"Jujur lo anak bangsawan mana???" pekik Jimin tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Ia benar-benar tak habis pikir setelah mendengar wanita tadi memanggil Yoongi dengan sebutan "Tuan".
"Haha, ngaco. Sini ikut aku dulu. Kita ke bangunan di belakang sana."
Masih dirundung seribu satu pertanyaan, Jimin akhirnya hanya bisa mengikuti pria itu sambil tetap mematai sekitarnya.
Luas tanah serta bangunan rumah dengan model tradisonal itu sangat lapang. Daerah ini memang terkenal dengan rumah-rumah tradisionalnya dan bahkan merupakan destinasi wisata bagi para turis. Akan tetapi, Jimin tak pernah tahu ada rumah semegah ini di kawasan ini. Atau bisa dibilang, rumah ini terlihat paling besar di antara rumah-rumah lainnya dengan pagar tinggi yang membentang panjang mengitarinya.
Yoongi ternyata membawa Jimin menuju bangunan lain yang terdapat sebuah kolam dengan banyak ikan koi di bagian sisinya.
Udah macem rumah yang ada di drama-drama jaman dulu, batinnya takjub.
"Ayo masuk," ajak Yoongi yang sudah naik tangga dan berhenti di depan sebuah pintu kayu geser. Membuyarkan lamunan Jimin yang tadinya terus mengamati ikan koi.
Tak kalah tercengang saat memasuki bangunan tersebut, Jimin lagi-lagi melongo mengamati interior klasik yang ia ketahui dengan yakin, bahwa pasti harganya sungguhlah mahal. Jimin tak mampu membayangkan bagaimana kalau dirinya menyenggol dan memecahkan salah satu guci atau pajangan-pajangan yang terdapat di rak-rak besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
Fiksi PenggemarPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...