"Keluar."
Yoongi duduk menyilangkan kaki saat keadaan kantornya sudah agak sepi, sengaja tinggal lebih lama setelah jam kerja usai untuk menyelesaikan sedikit masalah dengan penunggu ruang kantornya yang suka mojok di dekat biliknya.
Kursinya ia tarik keluar dari bilik. Memutarnya menghadap tembok yang jelas-jelas kosong. Jimin sudah pulang duluan, pun dengan Taemin dan rekan kerja di sekitar mejanya.
"Aku tau kamu denger aku. Keluar sekarang," ucapnya agak berbisik, dengan nada sedikit mengancam.
Tak membutuhkan waktu lama, sesosok perempuan berambut panjang dan memakai gaun putih berserak di belakang kakinya kemudian muncul dari balik mejanya dan berjalan ke pojok ruangan, berhenti menghadap sudut tembok itu dengan kepala menunduk.
Yoongi menghela napas sejenak sebelum bersuara lagi. "Jelasin apa yang kamu lakuin kemarin."
Sosok yang terlihat sedikit transparan itu bergeming. Malah menggengam dan memainkan gaunnya dengan jemari panjangnya yang kurus. Gugup.
"Hei, kenapa diem?" Nada Yoongi melembut. Ia tahu makhluk itu sekarang takut terhadapnya. Karena terakhir kemarin justru tatapan marah refleks ia layangkan padanya.
"Maaf."
Suara serak perempuan itu terdengar mencicit.
"Aku tidak tahu kalau dia takut sama gelap. Aku tidak tahu kalau dia benar-benar takut sama yang namanya hantu. Aku kemarin hanya iseng saja."
Yoongi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kalau aku kemarin nggak cepet-cepet nyamperin Jimin, situasinya pasti bakal lebih buruk. Hah..."
Ia menghela napas frustasi. Kemarin setelah berhasil menenangkan dan membantu pekerjaan lembur milik Jimin sebisanya, pria itu lebih banyak diam saat diajak berbicara. Sampai seusai kerja barusan pun juga demikian.
"Maaf. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap lemah sosok itu, begitu merasa bersalah.
"Udah kubilangin sebelumnya, kan? Jimin itu beda sama pegawai-pegawai sebelumnya. Ditambah, aku menaruh rasa sama dia." Yoongi memijit batang hidungnya. Sosok di depannya sama sekali tidak mau berbicara tatap mata dengannya.
"Aku mengerti. Tapi, karena kejadian kemarin, setidaknya kamu jadi tahu kalau Jimin punya ketakutan, bukan? Secara tidak langsung, aku membantumu dekat dengannya."
Yoongi mendenguskan napas sebal. Memang, di balik ketakutan atau apapun yang kemarin Jimin rasakan, di sisi lain, Yoongi jadi mengetahui kalau seseorang yang keras seperti Jimin pun punya suatu kelemahan.
Tidak. Yoongi tidak akan menertawakannya. Justru sebaliknya, Yoongi sebisa mungkin akan melindungi Jimin agar hal semacam itu tak terulang lagi. Atau, kalau dirinya sanggup, Yoongi mau membantu Jimin keluar dari rasa takutnya, mencoba membantu pria itu menghadapi rasa takutnya, melawannya.
"Jangan diulangi lagi. Paham?" Yoongi mendongak, kemudian melihat jari kelingking kanan sosok itu terangkat perlahan.
Senyum tipis nan lega Yoongi sunggingkan, lalu bergegas membereskan mejanya dan meninggalkan kantor untuk pergi mengatasi rasa lelah setelah seharian bekerja.
.
.
.
"Jimin, ngelamun terus kamu? Kenapa?" Jungkook mendekatkan wajahnya di hadapan Jimin yang sedang menopang dagu.
Jimin menggeleng pelan. "Gue gak kenapa-napa, Jung."
"Bohong. Di kantor tadi juga kamu kayak gini, lho. Kamu kenapa, Jim?" Jungkook menumpukan kedua tangannya di atas meja, menatap lurus ke wajah Jimin yang terlihat sekali dirundung sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanfictionPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...