26

3.6K 273 69
                                    

Maaf baru muncul, ga kerasa ternyata udah gantungin book ini selama 3 mingguan karena kemarin sempet kehabisan ide 😭. Semoga ke depannya lancar terus karena aku udah hampir selesai nyusun plot ceritanya :')

Agak lebih panjang daripada biasanya. Happy reading!

Oh ya, warning aja, mulai dari sini kayaknya bakal makin banyak DIRTY TALK (kutulis gede2 biar jelas) dan macem-macem yang berhubungan sama 🔞. Iya, ini aja sih yang mau kukasih tau. Maafkan otak kothor author ini buat ke depannya 🙂

===================================

Hari minggu. Hari dimana Yoongi mengajak Jimin pergi berkencan. Katanya sekedar jalan-jalan ke mall, bertemu di salah satu gerai fast food untuk makan sebelum menemaninya belanja.

Kedua alis Jimin bertautan, menatap cermin di pintu lemari setelah memakai pakaian sehabis mandi. Ia menarik kerah kemeja garis hitam-putihnya ke atas, menutup bekas-bekas kemerahan yang hampir menghilang di lehernya.

Setelah kejadian mengenaskan malam itu, Jimin memakai syal selama beberapa hari saat keluar dari tempat tinggalnya, termasuk saat bekerja untuk menutupi kissmark yang menyebar di lehernya. Walaupun kadang ia masih bergidik memikirkan kejadian itu, tetapi berkat ada Yoongi di sisinya, Jimin merasa dirinya lebih aman dan tenang, seolah ada yang menjaganya. Beruntung, kejadian itu tak sampai menjadikannya sebuah trauma dan penyakit di dalam kepalanya.

Walaupun di satu sisi Jimin mengakui bahwa Yoongi terkadang masih membuatnya salah tingkah, tapi entah mengapa Jimin sama sekali tak keberatan akan kehadirannya. Ya, mungkin dia memang menyukai Yoongi. Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa Jimin akan menyukai Yoongi setelah sejauh ini berusaha menghindarinya. Apakah ini yang dinamakan karma? Karma mulai membalas perkataannya waktu itu? Padahal kalau dipikirkan secara logis, harusnya kali ini Jimin merasa jijik dengan sentuhan pria. Tetapi nyatanya tidak. Apakah karena itu adalah Min Yoongi?

"Hahhh..." Jimin menghela napas setelah lagi-lagi ia memikirkan tentang pria pucat itu.

Semu merah di kedua pipinya yang terpantul di dalam cermin seharusnya sudah mengatakan semuanya. Ya, bahwa Jimin menyukai Yoongi. Ingin berkilah apa lagi, kalau nyatanya memang demikian? Aish, Jimin kesal, tapi juga senang.

Sebelum meninggalkan apartemen, Jimin menarik kerah itu ke bawah, melihat sekali lagi bekas merah yang terlihat lebih jelas dari yang lain, berada di perpotongan lehernya. Itu adalah satu-satunya bekas yang Yoongi tinggalkan pagi itu.

Jimin mengulum senyum sejauh langkahnya ia seret menuju pintu apartemen, lalu memasang wajah datar begitu ia sudah di luar, tak ingin orang lain tahu bahwa dirinya tengah tersenyum sambil membayangkan Yoongi seorang. Padahal juga, siapa yang bakal tahu?

.

"Jimin... masih ngambek? Yeosang juga udah pulang, kan. Kok masih aja ini bibir maju kayak bebek." Yoongi mencubit bibir Jimin yang masih saja maju menahan kesal, dan seketika ditepis begitu saja olehnya.

"Dibilang gue nggak ngambek?"

"Tapi dari tadi muka kamu ketekuk terus kayak kanebo kering, nggak lurus-lurus."

"Apaan sih, Gi. Bodo, ah!"

Keduanya tengah duduk bersandingan di salah satu sudut restoran cepat saji di dalam sebuah mall. Yoongi datang lebih cepat beberapa belas menit dan saat Jimin baru memasuki gerai tersebut, pemandangan yang dilihatnya adalah Yoongi sedang dipeluk manja oleh Yeosang, sebelum pria berambut pirang itu berpamitan dengan riang padanya.

Jimin cemburu, tetapi tentu saja ia tak mau mengakuinya. Dan Yoongi mau tak mau harus menahan senyumnya melihat kecemburuan Jimin agar pria itu tak semakin marah padanya.

UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang