Hari ini, lagi-lagi Taehyung menginap di apartemen Jimin. Beberapa hari ini bahkan sudah tiga hari berturut-turut ia tidur di kediaman pria Park itu. Kalau ditanya alasannya, katanya hanya ingin saja. Tak ada alasan yang spesifik sehingga sedikit banyak membuat Jimin curiga.
"Lo kenapa, sih? Cerita, lah. Nggak mungkin lo nggak punya alasan kenapa lo jarang mau pulang ke apartemen lo."
Jimin menekuk wajahnya. Tidak suka Taehyung menyembunyikan sesuatu darinya.
"Beneran nggak ada apa-apa. Gue cuma pengen sama lo aja. Ngerasa sepi di apartemen sendirian," jawab Taehyung cuek sambil mengerjakan data di laptopnya.
Keduanya tengah duduk di ruang tengah apartemen Jimin. Taehyung masih meneruskan pekerjaannya dari kantor dan Jimin sedang mencoba membaca novel yang diberikan Yoongi. Sejauh ini, ia masih berada di halaman belasan, sungguh keterlaluan sekali.
"Yakin, lo? Mau ngerecokin gue doang ya, lo?" Jimin melayangkan pandangan sengit pada Taehyung, mendudukkan diri setelah sebelumnya berbaring di bahu sofa. "Ck, susah banget mau fokus baca. Bodo, ah." Ia pun meletakkan novel itu ke lemari lalu berjalan menuju dapur. "Lo mau makan apa, Tae?"
Taehyung menengok ke arah Jimin yang kini sibuk melihat-lihat isi kulkasnya. Ia menatap sosok itu lama lalu berucap pelan. "Ramyeon aja."
"Hah, apa?" Jimin tidak mendengar ucapan Taehyung yang terlewat pelan.
"Ramyeon," ulang Taehyung sedikit keras. "Gue mau makan ramyeon sama lo. Lo mau, kan?"
Jimin menggaruk keningnya. Mengecek isi kulkasnya untuk terakhir kali sebelum menutupnya kemudian membuang napas gusar. "Ramyeon mulu. Usus buntu tau rasa, lo," omelnya.
Taehyung terkekeh menanggapi omelan Jimin. Ia lantas membalikkan tubuh sepenuhnya menghadap arah dapur. Tersenyum kecil dengan pandangannya yang kini berubah hangat tertuju pada Jimin. "Kata siapa? Perut gue kuat, kok. Gue pernah seminggu makan mie terus tapi perut gue baik-baik aja, tuh."
"Lo mah dibilangin ngeyel mulu." Jimin bersungut. Lantas mau tak mau mengambil cup ramyeon di atas lemari dapur. "Ini yang terakhir, ya. Tiga hari makan ramyeon mulu apa nggak enek, lo? Gue aja dua hari berturut-turut udah muak." Jimin sedikit membanting cup itu ke atas meja dapurnya. Lalu menyeduh air sekalian membuat minuman untuk keduanya. Taehyung terkekeh sekali lagi mendengar ocehan Jimin yang tak ada habisnya.
Tak lama kemudian, Jimin datang dengan nampan berisi satu cup ramyeon dan dua cangkir coklat panas.
"Kok cuma satu ramyeonnya? Punya lo mana?" protes Taehyung setelah melihatnya.
"Gue nggak mau makan mie. Makanan gue masih di abang kurir." Kekeh Jimin setelahnya.
"Dih, kok order makanan nggak bilang-bilang?"
"Lo sendiri maunya ramyeon mulu. Gue jadi males masak, tau. Mendingan order makanan." Jimin memutar bola matanya.
Sebenarnya, Yoongilah yang memesankan Jimin makanan beberapa saat yang lalu. Namun, Jimin memilih menutupi hal itu dari Taehyung.
Taehyung menarik sudut bibirnya datar. Lalu kembali mengerjakan laporannya dan menunggu sampai makanan Jimin datang agar dapat bersantap bersama.
"Lo lagi deket sama seseorang nggak, Jim?" tanya Taehyung saat keduanya tengah menyantap makanan bersama setelah makanan Jimin tiba. Jimin hampir saja tersedak mendapat pertanyaan mendadak itu. Tiba-tiba sekali. "Kenapa emangnya?" Ia balik bertanya dengan nada santai. Padahal, hatinya kini berdebar karena gugup.
"Ya—kali aja? Lo mulai ada rasa suka ke cewek baru, tapi malu cerita ke gue karena terakhir kali 'kan lo bilang ke gue kalo cinta itu bullshit." Taehyung terkekeh mengejek. Lantas mengambil lauk milik Jimin dengan sumpitnya dan melahapnya. "Oh ya, gimana kabar orang gay yang sebilik sama lo? Apa dia masih gangguin lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDEFINED ・ YOONMIN (UPDATE)
FanficPark Jimin yang tsundere dan terkesan galak, diterima kerja di salah satu perusahaan Seoul sebagai staf akuntan. Ia ditempatkan dalam satu bilik dengan Min Yoongi, yang ternyata adalah seorang gay bermuka tembok. - Boys Love, bxb, BL, ♂️&♂️ - top!Y...