Bab 32

1K 58 1
                                    

Sudah saatnya Sunny kembali ke Washington, mereka sedang di bandara Soekarno Hatta saat ini, Rachel, Arkan, Michelle dan wanita itu.

"Aku titipkan sahabatku padamu, ya." Sunny bicara pada Arkan.Laki-laki itu menganggukkan.

Tanpa diminta Sunny pun, dia sudah berjanji, bukan hanya pada wanita itu, tapi juga pada dirinya sendiri.

Sunny memeluk Rachel, kedua sahabat itu menangisi perpisahan mereka. Rachel sangat berterima kasih atas kedatangan Sunny ke Indonesia, dia tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan wanita itu.

'Hiduplah dengan bahagia!'

Itu yang dia katakan saat mereka bicara dari hati ke hati tadi malam, waktu itu Rachel bertanya, apa yang Sunny inginkan darinya.

'Aku akan merasa tenang, jika kau hidup dengan baik dan bahagia.' kata Sunny setelahnya.Rachel melambaikan tangan, mengiringi kepergian sahabatnya dengan doa dan harapan, semoga dia mendapatkan semua hal yang diinginkannya dalam hidup.

Setelah Sunny pergi, mereka yang tersisa kembali ke kediaman keluarga Utama.

"Jadi, kalian mau hadiah apa dariku?" tanya Michelle.

Gadis itu bertanya pada kakak kandung dan kakak iparnya dari bangku depan mobil yang sedang dikemudikan mang Agus. Mereka sedang dalam perjalanan pulang.

Rachel dan Arkan menatap satu sama lain, tidak ada jawaban, tidak ada hadiah apapun yang mereka inginkan. Terlebih dari Michelle, saudara yang lebih muda.

"Jadi, gimana? Hello ..., ada orang di sini?" Michelle melambai-lambaikan tangannya. "Mentang-mentang udah jadi suami istri, kompak banget," sinisnya.

"Aku enggak tahu mau jawab apa. Aku gak butuh apapun sekarang." Akirnya Arkan membuka mulutnya.

"Aku juga," kata Rachel.

"Emangnya gak mau bulan madu?"

Pasangan suami istri itu jadi salah tingkah. Rachel menunduk, mukanya memerah. Sedangkan Arkan hanya menggaruk-garuk kepala sambil menatap keluar jendela mobil.

"Cih! Ngapain sih kalian bertingkah kayak ABG gitu, biasa aja dong! Udah tua juga."

Michelle terkekeh. Geli sekali dengan kelakuan dua orang itu. Bagaimana bisa mereka sempat punya bayi dulu kalau sikapnya seperti itu?

***

"Aa! Ayah mau pulang."

Pak Yayan menghampiri anak dan menantunya saat melihat mereka terlihat di pintu masuk rumah keluarga Utama.

"Iya, Ayah, besok Aa sama Rachel juga pulang ke rumah kita, biar Mamah ketemu sama menantunya."

Rachel sontak diliputi rasa cemas mendengar bahwa Arkan akan membawa dia menemui ibu mertuanya.

"Om juga mau pulang," kata Om Teddy.

"Mau langsung terbang ke Turki Om?" tanya Rachel.

"Gak, ke hotel dulu, ada keperluan sama beberapa orang."

"Baik, Om. Terima kasih sudah membantu pernikahan Rachel."

"Itu sudah tugas Om. Semoga kamu hidup bahagia ya, Jangan sakit lagi, Nak!"

Rachel mengangguk, Om Teddy memeluk hangat keponakannya. Lagi-lagi, dia teringat semua yang dicintainya yang sudah lebih dulu pergi, adik kandungnya dan adik iparnya, mama dan papa Rachel.

***

Jam sudah menunjuk ke angka delapan malam ini. Arkan berada di kamar Rachel sekarang, memperhatikan setiap sudut ruangan itu. Sang istri sedang membersihkan make up di wajahnya, sejak di bandara tadi, dia sudah tak tahan ingin membersihkan diri.

Wanita Dari Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang