Gemuruh suara mesin kereta api tidak dapat menghalau pilu di hati Arkan. Rasa bersalah dan juga amarah silih berganti hadir di benaknya. Bagaimana bisa dirinya meninggalkan Rachel begitu saja setelah semua yang terjadi di antara mereka? Walaupun wanita itu bersikeras menginginkan Arkan pergi, seharusnya dia tetap bertahan. Tak seharusnya Rachel memikul semua beban itu sendiri.
"Hadirin sekalian dalam sepuluh menit Argo Parahyangan akan segera sampai di Stasiun Bandung."
Rupanya kereta telah sampai di stasiun tujuan. Arkan memakai jaket dan memeriksa dompetnya. Bergegas ia keluar dari kereta, langkahnya terhenti di depan sebuah musholla, waktu Maghrib hampir habis, dia belum melaksanakan kewajibannya.
Sepuluh menit kemudian laki-laki itu sudah berada di luar musholla. Dia belum makan sejak siang, tapi tidak merasa lapar sama sekali. Dia memutuskan untuk langsung menuju ke alamat yang diberikan Anisa.
Arkan membuka aplikasi whatsapp, dia menyalin alamat kediaman Rachel, setelah itu membuka aplikasi taksi online dan membubuhkan alamat tersebut lalu memproses pencarian taksi.
Butuh waktu sepuluh menit bagi Arkan untuk bisa berada di dalam taksi yang nyaman seperti sekarang. Pengemudi taksi seorang pria berusia sekitar empat puluh tahunan, dia meminta Arkan memakai seatbelt.
"Sesuai aplikasi, Pak?" tanya pak supir.
"Iya."
Debar jantung semakin cepat, saat dia membayangkan pertemuannya dengan Rachel. Arkan bertanya-tanyabdalam hati, apa yang akan dia katakan? Bagaimana dia harus bersikap? Apakah Rachel akan menerima ke hadirannya? Bagaimana dengan keluarganya? Siapa saja yang tinggal bersama Rachel? Apakah mereka akan mengusirnya pergi?
"Sudah sampai, Pak." Suara pak Supir membuyarkan lamunan Arkan.
Dia mengambil uang dari dompet, menyerahkannya pada sang supir dan mengucapkan terima kasih.
Laki-laki itu kini berada di depan sebuah pintu gerbang bercat hitam. Ada sebuah pintu kecil di samping gerbang hitam tersebut. Arkan menekan bel yang ada di atas pintu kecil.
***
Bi Sumi mendengar suara bel berbunyi, benaknya sontak bertanya-tanya tentang siapa yang datang. Wanita itu membuka sebuah pintu kecil, lalu melihat seorang laki-laki berbadan tegap menggunakan jaket hitam.
"Ma'af, Pak, cari siapa?" tanya bi Sumi.
"Saya Arkan, temannya Rachel."
"Temennya Non Rachel? Tapi Non gak kasih tau temannya mau datang." Bi Sumi jadi takut orang yang sedang ia hadapi adalah orang penjahat.
"Siapa, Bi?" Terdengar suara Michelle dari dalam rumah.
"Ini, Non, ada temannya Non Rachel, katanya namanya Arkan."
Michelle yang sedang berdiri bersama Anisa di depan pintu rumah terkesiap. Gadis itu menatap teman barunya dengan tatapan bingung.
"Suruh masuk!" Anisa berbisik di telinga Michelle.
"Kasih masuk aja, Bi!" Michelle berteriak pada asisten rumah tangganya.
***
Arkan masuk ke dalam rumah besar dan mewah itu. Selain harus menghadapi bi Sumi, rupanya dia juga harus menghadapi dua wanita yang lain. Salah satunya adalah Anisa. Gadis itu menatapnya tajam. Satu lagi entah siapa, dia menatap Arkan penuh dengan kebencian.
Tiba-tiba gadis yang tidak Arkan kenal itu menampar pipinya.
"Jadi kamu yang udah nyakitin kakakku?!" tanya gadis itu berang. "Tega banget kamu ninggalin dia setelah dia hamil. Kamu jahat! Jahat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Dari Ruang Rindu
RomanceArkan Ramadhan, anak laki-laki kebanggaan keluarganya. Dia menolak semua wanita yang dijodohkan dengannya. Padahal mereka adalah wanita-wanita shalehah dan terjaga. Mengapa Arkan bersikeras tidak ingin menikah?