Bab 7

1.4K 81 0
                                    

Sunny mendengar suara deru mobil di depan kantornya. Dia memeriksa dari jendela, rupanya itu Rachel. Tidak beberapa lama, pintu kantor Sunny dibuka oleh seseorang. Seperti dugaan, karibnya yang baru saja datang.

Tapi, ada apa dengan Rachel? Wajahnya pucat, dan ada kapas bekas suntikan di pergelangan tangan. Dan dia seperti akan menangis saat itu juga.

"Rachel ...? Ada apa?" tanya Sunny seraya memeluk erat

Sesaat setelah punggungnya diusap, sahabatnya itu menumpahkan air mata. Rachel menangis pilu dan Sunny ikut menangis tanpa tahu sebabnya.

"I'am a bad person (aku jahat), very bad (jahat banget), Sunny." Rachel meracau dalam tangis. 


"Aku jahat banget, aku harusnya mati aja, aku gak pantas hidup di dunia ini." Kutukan demi kutukan dialamatkan Rachel pada dirinya sendiri.

"Enggak, Sayang, kamu gak seperti itu. Jangan memaki dirimu sendiri! Kau orang yang sangat baik, kau sangat berharga, Rachel." Sunny mencoba menenangkan sang sahabat. Hatinya terasa disundut luka mendengar perempuan yang amat disayangi itu terdengar sangat membenci diri sendiri.

Sunny memberi waktu pada Rachel untuk menumpahkan semua tangis, dia hanya mengelus-elus punggungnya. Setelah hampir satu jam menangis, wanita itu tertidur karena kelelahan.

Sunny menatap wajah pucat di hadapannya itu, "Ada apa denganmu?" Dia bergumam pelan. Masih ada sisa-sisa air mata di pipi Rachel, Sunny mengusapnya hingga tak tersisa. Lalu matanya melihat kapas bekas suntikan di pergelangan tangan Rachel. "Apa yang terjadi? apa dia dari rumah sakit?" Batinnya bertanya-tanya.

Karena ada sesuatu yang harus diurus, Sunny meninggalkan Rachel di kantor. Sebelum pergi, tidak lupa dia membenarkan posisi tidurnya agar lebih nyaman.

Saat kembali lagi, Rachel sudah bangun, masih menangis, tapi tanpa suara. "Sayang, kenapa? Tell me, please! Ceritakan padaku apa yang membuat seperti ini? Aku ingin membantumu menghilangkan kesedihanmu." kata Sunny. Rachel hanya menggeleng.

"Sayang, kalau kamu tidak mau mengatakan apapun, kita tidak tahu apa yang harus diperbaiki."

"We cannot fix it. It's gone now (kita tidak bisa memperbaikinya, dia sudah hilang)."

Sunny tambah bingung. Tapi kemudian Rachel mengelus perutnya. Wanita berusia hampir tiga puluh itu tercengang. "Kamu ... aborsi tadi?" tanya Sunny sedikit tak percaya.

Rachel tidak menjawab, tapi tangisnya pecah lagi, makin pilu.

"Kamu sudah ketemu dia?" Sunny bertanya tentang Arkan dan Rachel mengangguk

"Brengs*k!" Principal dari sebuah taman kanak-kanak itu mengumpat karena emosi yang tidak tertahan.

Sunny mengambil telepon selular sahabatnya, dan menelepon nomor yang ada di bagian paling atas riwayat telepon keluar.

"Halo ...." Seseorang berbicara di sambungan telepon.

"Brengs*k, Kau!" Sunny memulai percakapan dengan mengumpat pada orang itu.


.


.


.


"Itu keputusanku sendiri," kata Rachel.

Dia sedikit mengasihani Arkan karena Sunny mencaci maki membabi buta, menyalahkannya atas apa yang tidak benar-benar dia lakukan.

"Apa maksudmu?"

Wanita Dari Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang