"Ibu-ibu sekalian Allah subhanahu wata'ala berfiman, "Jagalah dirimu dan anak keturunanmu dari api neraka."
Bu Nining takjub melihat gadis yang sedang bicara di hadapannya, dia masih muda, cantik, pintar, shalihah lagi.
Gadis itu sedang berceramah di depan ibu-ibu pengajian menggantikan umminya yang sedang berhalangan hadir.
"Katanya sih dia udah lulus S1, sekarang lagi S2," kata seorang ibu yang duduk tepat di sebelah bu Nining.
"Kuliahnya dimana?"
"Katanya sih di LIPIA."
"Wah, hebat ya. Anaknya Ummi Ustadzah emang pinter-pinter."
"Umurnya berapa?" tanya seorang ibu lagi.
"katanya sih dua empat," jawab ibu yang tadi.
"Eh, denger-denger dia juga pinter bahasa Inggrisnya."
Bu Dewi yang duduk di sebelah kiri bu Nining berbisik di telinga wanita itu."Cocok tuh buat si Arkan anak Teteh (kakak)." Bu Dewi berbisik.
Sebuah senyum sumringah bu Nining terbit saat melihat kembali gadis muda cemerlang itu, selepas pengajian nanti dia akan berbincang dengannya.
***
"Permisi Ustadzah, Ummi Aisyahnya kemana?" tanya bu Nining, dia benar-benar menghampiri gadis itu saat pengajian sudah usai.
"Mohon maaf, Bu, panggil aja Anisa, yang ustadzah itu Ummi, kalau saya masih belajar," kata gadis manis itu.
Bu Nining senang sekali mendengar kerendahan hatinya.
"Ummi lagi sibuk, mau ada persiapan Milad Pondok Pesantren Ibnu Sabil minggu depan, makanya Anisa yang gantiin. Mohon maaf kalau masih banyak kekurangan."
Ternyata, selain bertujuan mengisi pengajian hari itu, Anisa juga hadir untuk menyampaikan undangan kepada jama'ah pengajian Maratus Shalihah untuk mnrnghadiri acara syukuran Milad Pondok Pesantren Ibnu Sabil yang dikelola oleh Ummi Aisyah dan suaminya, Ustadz Zulkifli.
Ummi Aisyah dan Ustadz Zulkifli bukanlah orang-orang yang sama sekali tidak dikenal bu Nining. Beberapa kali dia dan suaminya mengunjungi mereka di pondok pesantren Ibnu Sabil, bukan untuk menyekolahkan anak-anak, tapi untuk menitipkan barang-barang kebutuhan Arkan.
Ustadz Zulkifli memiliki adik, namanya Ustadz Ali, beliau menjadi Imam Masid di Abeerden Amerika Serikat. Arkan dan Ustadz Ali saling mengenal dan cukup dekat. Anaknya itu bahkan pernah bercerita bahwa Ustadz Ali sering membantunya saat masih kuliah di sana.
Beberapa kali saat Ustadz Ali pulang ke Indonesia, bu Nining pernah menitipkan sesuatu untuk Arkan.
"Mau gak dijodohin sama anak Ibu?" tanya bu Nining tanpa basa-basi.
"Eh! Maksudnya?" Anisa kaget sekali ditanya langsung seperti itu.
"Neng Anisa masih ingat Ibu enggak? Mamanya Arkan yang kuliah di Amerika Serikat, bareng Ustadz Ali." Bu Nining berharap gadis itu mengenalnya.
"Iya, Anisa ingat, Ibu pernah beberapa kali datang ke Pondok waktu Om Ali pulang ya?" tanya Anisa, Ah rupanya gadis itu ingat.
"Iya, sama Arkannya masih ingat gak? Dia juga pernah datang sekali ke podok," kata bu Nining
"Mohon Maaf Bu, Anisa gak ingat."
"Neng Anisa udah ada yang khitbah belum?" tanya bu Nining penasaran.
![](https://img.wattpad.com/cover/247400466-288-k497059.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Dari Ruang Rindu
RomanceArkan Ramadhan, anak laki-laki kebanggaan keluarganya. Dia menolak semua wanita yang dijodohkan dengannya. Padahal mereka adalah wanita-wanita shalehah dan terjaga. Mengapa Arkan bersikeras tidak ingin menikah?