Bab 8

1.3K 71 0
                                    

Dia kembali ke kantor membawa dua buah koper besar, hanya mengambil yang menurutnya perlu saja.

"Ini semua barang-barangmu. Mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku. Aku sudah menyampaikan semua pesanmu pada Arkan," kata Sunny kepada Rachel.

Wanita yang diajak bicara tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke sudut ruangan tanpa ekspresi.

"Baiklah, sekarang aku harus bekerja kembali." Sunny mendekati Rachel yang sedang duduk di sofa sambil memeluk lutut. "Aku tahu, ini saat-saat yang sangat berat untukmu. Cepatlah pulih, Sayang ..., aku membutuhkanmu disini." Ia berbisik di telinga sahabatnya.

Sejurus kemudian, Sunny berjalan ke luar dari ruangan. Ada banyak hal yang harus dia kerjakan.


.


.


.


Sementara itu, di apartemen yang tadi ditinggalkan Sunny, Arkan masih menangis. Dia benar-benar terpuruk, kesedihan memerangkap dan seolah menyihir tubuhnya menjadi beku. Arkan menyesal, ia tahu tak ada lagi gunanya. Tapi tetap saja, ia sangat menyesal.

Sepertinya keberuntungan sama sekali tidak berpihak padanya. Kenapa semua tidak berjalan seperti rencananya? Dan Rachel, kenapa wanita itu menggugurkan bayi mereka tanpa mengatakan apapun padanya?

Tapi Arkan juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Rachel, salahnya sendiri bereaksi seperti itu. Dia membentur-benturkan kepala ke dinding, entah sudah berapa lama, tidak peduli dengan rasa sakitnya. Sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri.

Laki-laki itu merasa sangat lelah, lelah dengan ujian hidup. Lelah dengan semua yang terjadi.


***


"Hai, aku Rachel."

Itu kali pertama mereka bertemu, perempuan itu dengan senyum indahnya datang menghampiri Arkan.

"Kalau butuh bantuan kamu hubungi aku aja." Rachel berkata seperti itu di pertemuan kedua mereka.

"Pakai aja uangku!" kata Rachel saat Arkan berkeluh kesah kekurangan uang karena kehilangan pekerjaannya.

"Tinggal aja dulu di apartemenku sementara!"

Saat itu, Arkan bercerita bahwa ia harus segera meninggalkan apartemennya karena suatu masalah. Rachel mengajaknya tinggal bersama di apartemen wanita itu.

"Aku cinta kamu, Arkan ..., kamu tau kan?!" kata Rachel di malam nahas itu.

Lalu dia melihat Rachel menangis, itu adalah hari dimana mereka terakhir bertemu.


***


Arkan terbangun dari mimpinya, lalu ia bangkit dan bergegas mengambil jaket dan dompet. Dia merasa harus segera bertemu dengan Rachel.

Sambil berjalan keluar dari apartemen, laki-laki itu mengeluarkan telepon genggam dari jaket, lalu menelpon Rachel. Benar kata Sunny nomornya tidak aktif.

Di jalan raya di depan apartemen, Arkan menghentikan sebuah taksi. "Sir, take me to Indonessian Embassy," kata Arkan kepada supir taksi.

Sunny dan Rachel mengelola sekolah Taman Kanak-Kanak berlokasi di dekat kedutaan Indonesia di Washington DC.

Wanita Dari Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang