Bab 18

966 44 1
                                    

Lima belas tahun Lalu, Michelle yang masih berusia lima tahun menatap heran pada kakaknya. Gadis menjelang remaja berusia dua belas tahun itu sejak pagi merengek pada Mamanya untuk dibelikan sesuatu.


Rachel sedang ingin sekali pergi ke suatu toko buku, komik serial favoritnya sudah mengeluarkan edisi terbaru. Teman-temannya membicarakan hal itu sejak kemarin, mereka menceritakan tentang komik tersebut di sekolah. Rachel adalah satu-satunya yang belum memilikinya.

"Ayo, Ma! Temen-temen Kakak sudah pada punya, Cuma aku yang belum." Rachel merengek pada ibunya.

"Iya, Sayang, tunggu dulu ya. Kasian Adek Juni lagi sakit. Nanti Kakak belinya sama Papa, ya?!" Mama membujuk si anak sulung agar bisa bersabar menunggu esok.

"Tapi Papa pulangnya kapan, Ma? Pasti malem lagi. Gak sempet, pasti udah tutup tokonya," kata Rachel.

Sang mama juga tahu, tidak mungkin menunggu sampai suaminya pulang, karena ia selalu pulang larut malam. Bisnis laki-laki itu yang sedang berkembang pesat menuntut banyak perhatian. Waktu untuk keluarganya tersedot untuk mengurus kepentingan bisnis.

Rachel terus menerus merengek agar Mama mengabulkan keinginannya. Pada akhirnya, beliau mengabulkan permintaan Rachel. Mereka pergi ke toko buku di salah satu mall, sedangkan Michelle dititipkan kepada bi Sumi.

Menggunakan mobil sedan berwarna hitam, mereka berkendara menuju sebuah mall, jam sudah menunjuk ke angka sembilan.

Menurut cerita polisi, penyidik yang menangani kecelakaan mobil yang dialami mamanya, malam itu Rachel dan Juni, adik bungsunya duduk di bangku belakang, sementara ibu mereka memegang kemudi mobil.

Setelah beberapa menit mobil berjalan, Juna kecil yang baru berusia sebelas bulan menangis, dia menggeliat-geliat hendak keluar dari pangkuan kakaknya. Melihat hal itu Mama menggapai-gapaikan tangannya demi meraih sang bayi untuk menenangkannya.

Lalu, Nahas.

Ckiit! Bruk!

Tin Tin Tin Tin Tin

Mobil yang mereka naiki menabrak sebuah pohon tua, dahan pohon yang cukup besar itu patah dan menimpa mobil yang ada di bawahnya.

Sejak saat itu anggota keluarga Utama hanya tersisa tiga orang.

"Dek, udah sampai nih."

Perkataan pak Tommy mengejutkan Michelle yangs sedang melanglang buana ke masa lalu.

"Eh Iya, Pa," jawab Michelle.

"Kok kamu melamun sih?"

"Hehehe."

Michelle hanya tertawa garing. Gadis itu lantas keluar dari mobil dan melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan pada sang ayah. Pak Tommy membalas lambaian tangan puteri bungsunya.

***

Seseorang mengetuk pintu kamar Rachel.

"Kak? Kakak!" Terdengar suara ayahnya di balik pintu.

Rachel merapikan pakaian, lantas mengusap air mata yang masih tersisa di pipinya. Bergegas ia membuka pintu.

"Kakak lagi ngapain?"

"Eh, baru habis mandi, Pa." Rachel menjawab asal.

"Sudah makan belum?"

"Belum."

"Eh! Kok belum sarapan sih?! Ini sudah mau siang loh. Nanti Kakak sakit. Mau Papa bawain makanannya ke kamar?" Pak Tommy sangat khawatir mendengar putri sulungnya belum sarapan.

Wanita Dari Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang