Sebuah Epilog

2.1K 95 13
                                    

Bab 26 (selesai.)

"Jadi, gimana?" Arkan bertanya saat melihat istrinya keluar dari kamar mandi.

"Gak tau, aku gak berani lihat. Kamu aja!"

Rachel menyerahkan sebuah benda berbentuk seperti lidi berukuran sepuluh centimeter pada suaminya.

"Kalau lihat di keterangan produknya, satu garis berarti negatif, kalau dua garis berarti positif," kata Arkan.

"Terus, itu garisnya berapa?"

"Dua."

"Hah?! Yang bener?"

"Iya." Arkan mengangguk.

"Berarti positif."

Rachel bicara penuh keharuan, dia menutup mulut dengan punggung tangannya.

"Kalau positif artinya hamil?" Arkan mengerutkan kening, masih tidak yakin.

"Iya! Kamu kenapa sih?! Kok jadi lama banget nyantolnya?"

Rachel gemas karena suaminya tiba-tiba bersikap seperti orang bodoh. Tapi kemudian dia terdiam, dilihatnya Arkan begitu tercengang. Entah apa yang laki-laki itu pikirkan.

"Kamu kenapa, Ar? Gak suka?" tanya Rachel hati-hati.

Mendengar pertanyaan sang istri, Arkan seperti mendapat kesadarannya.

"Jadi kamu beneran hamil?!"

"Iya."

Rachel berlutut di lantai, di depan suaminya yang sedang duduk di tempat tidur.

"Kamu hamil, Chel?"

Arkan menatap Rachel dengan tatapan yang tak bisa diterjemahkan.

"Kita mau punya bayi?"

Bulir bening berjatuhan dari netranya tanpa dapat dicegah.

"Iya, Sayang ...." Rachel tersenyum dan menggenggam tangan suami.

"Aku kayak lagi mimpi, Chel." Arkan menangis seperti anak kecil.

Pagi itu kamar tidur mereka dipenuhi isak tangis. Keduanya tidak menyangka, setelah semua yang terjadi, Allah masih mempercayakan keturunan pada mereka.

***

"Ayaaah!"

Teriakan bu Nining menggelegar di seantero rumah.

"Astagrfirullahal'azhiim."

Pak Yayan yang sedang mandi terlonjak kaget, sabun yang sedang ia pegang tergelincir dari tangannya.

Dor! Dor! Dor!

"Ayah! Yah!"

Bu Nining menggedor-gedor pintu kamar mandi.

"Ada apa sih, Mah?"

Kepala suaminya muncul di balik pintu dengan rambut masih berlumur busa shampoo.

"Neng Rachel hamil, Yah."

Bu Nining memberitahu suaminya sambil melompat-lompat kecil karena bahagia.

"Yang bener?"

"Iya, ini barusan si Aa nelepon, ngasih tau kalau udah di test, hasilnya positif."

"Alhamdulillah, ya, Allah." Pak Yayan menengadahkan tangan lalu mengusapkannya ke wajah.

"Aduh! Aduh! Periiih!"

Ayah Arkan itu lupa kalau di tangannya masih ada sisa-sisa sabun. Dia harus segera membasuh mukanya dengan air untuk menghilangkan rasa perih.

Wanita Dari Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang