Bab 33

994 54 1
                                    

Gelap tiba-tiba menyapa, Rachel mendengar Juni, adik balitanya menangis, dia memanggil-manggil ibunya, tapi tak kunjung menyahut. Gadis berusia sepuluh tahun itu merasakan sakit di sekujur tubuh, ia yakin begitu juga dengan sang adik, tapi ke mana Mama? Kenapa tidak kunjung datang menolong mereka? Sampai akhirnya, tangis sang adik tak terdengar lagi.

"Mama! Mama! Mama ...!"

"Chel! Chel, bangun, Sayang."

Dua netranya sontak terbuka, terdengar suara maskulin yang memanggil-manggil namanya.

Itu malam kedua mereka, Arkan melihat istrinya bangun dengan nafas yang terengah-engah di pagi buta, sebelumnya, wanita itu mengigau dalam tidur memanggil-manggil ‘Mama’, persis seperti yang pernah ia lihat di rumah sakit minggu lalu. Laki-laki itu memeluk tubuh sang istri dan mengusap lembut punggungnya,  terdengar isak tangis di telinga.

Setelah tiga puluh menit, tangis Rahel perlahan mulai mereda.

"Apa kamu bermimpi buruk setiap malam?" tanya Arkan.

Rachel menggangguk lemah.

"Ini sangat menyiksa dan menyebalkan, Ar, kamu akan kesulitan dengan semua ini. Tapi kita sudah menikah sekarang, kalau kamu tidak ingin terganggu, sebaiknya kita tidur di kamar terpisah."

Arkan terkejut dengan perkataan Rachel. "Ngaco banget kamu! Masa suami istri tidurnya terpisah sih?"

"Tapi kalau enggak terpisah, tidur kamu pasti terganggu setiap malam, seperti sekarang."

“Kemarin malam, kamu tidak bermimpi seperti ini.”

“Iya, mungkin saking capeknya. Aku juga heran, sekaligus bersyukur.”

Sejak kembali ke Indonesia, sulit sekali bagi Rachel untuk bisa tidur dengan nyenyak. Dia sering terbangun di malam hari, jika tidurpun, seringnya mimpi buruk, terkadang dia tidak tidur sama sekali. Berbagai macam pikiran buruk memenuhi benaknya saat gelap tiba.

Kenangan akan tragedi kecelakaan di waktu kecil tak pernah absen dari mimpi-mimpinya, dan setelah Papa wafat waktu itu, malam-malamnya semakin menyiksa.

"Aku bersedia, Chel, untuk terganggu tidurku setiap malam. Dan memeluk kamu seperti ini setelah kamu bangun dari mimpi buruk," kata Arkan.

Pasangan suami istri itu saling menatap dalam. Rachel mencari-cari gurat dusta di wajah suaminya, dia tidak menemukannya.

"Lagian aku belum dapat malam pertamaku, enggak mungkin tidur terpisah sama kamu."

"Cih, dasar kamu!" Memukul pelan lengan sang suami.

Arkan membereskan kembali bantal dan guling agar istrinya kembali tidur.

"Kamu mau minum?" tanyanya pada Rachel. Wanita itu menggeleng.

"Ya, udah kita tidur lagi." Mereka kembali tenggelam dalam lelap.

Keesokan harinya, Rachel dan Arkan nampak sedang berada di sebuah gerbong kereta. Sesuai perkataan Arkan, dia akan membawa sang istri berkunjung ke rumah orang tuanya di Tasik Malaya. Memang seharusnya kemarin, tapi karena banyak yang harus di urus, mereka menunda keberangkatan. Tangan mereka bertaut di sepanjang perjalanan.

Di salah satu stasiun, naiklah sepasang suami istri dan bayi mereka yang baru berusia satu tahun. Mereka duduk di bangku di depan Arkan dan Rachel sedang duduk.

Bayi mereka sangat menggemaskan, pipinya tembem dan kulitnya putih, persis seperti makanan yang bernama bakpau.

Makhluk kecil itu mengintip-intip untuk melihat orang yang duduk di belakang orang tuanya, ekspresinya sangat lucu. Arkan sangat terhibur dengan kehadiran makhluk kecil itu.

Wanita Dari Ruang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang