Sunny menggelung sederhana rambut bagian belakang wanita berkebaya itu. membuatnya tampak lebih cantik, namun anggun nan bersahaja. Ia tak henti mengagumi wajah menakjubkan sahabatnya, bahkan sempat menangis karena haru.
"Ayo kita keluar!" ajak Sunny.
"Ke mana?"
"Ikut aja!"
Wanita blasteran Indonesia-Amerika itu membimbing Rachel menuju halaman belakang rumah. Rachel tercengang. Rupanya, tempat ia bermain semasa kecil telah disulap menjadi semacam aula, banyak orang telah berkumpul. Ada sebuah tenda dipasang di bawah pohon mangga yang ditanam ayahnya. Terdiri dari tiang-tiang yang besi dihiasi kain putih serta bunga-bunga dan hiasan-hiasan lainnya. Semua serba putih. Terlihat sungguh indah.
Di belakang tenda puluhan kursi berjejer rapi. Beberapa orang hilir mudik menyiapkan makanan, ada tiga sampai empat orang karyawan Papa yang Rachel kenal hadir dan menduduki bangku yang tersedia.
Sunny memintanya duduk di bangku barisan belakang. Rachel tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam tenda, ada beberapa kursi dan meja, dan dua orang sedang duduk di kursi, salah satunya Om Teddy, yang satu lagi Rachel tidak kenal.
Satu orang laki-laki sedang berdiri membelakangi dan mengobrol bersama Michelle, mengenakan pakaian putih khas pengantin pria. Siapa dia? Dan apa maksudnya ini semua? Apakah adiknya akan menikah? Tapi kenapa tidak pernah mengatakan apapun padanya? Apa karena ini dia tidak kunjung menampakkan batang hidungnya beberapa hari ini?
Rachel hendak menemui Michelle, tapi Sunny menahannya. "Tunggu di sini dulu!" katanya.
"Apakah mempelai wanita sudah ada?" Orang duduk di samping Om Teddy bertanya menggunakan microphone.
"Sudah ada, Pak Penghulu ...." Seseorang menjawab pertanyaan tersebut.
"Baik kita mulai akad nikahnya segera."
Orang yang dipanggil 'Pak Penghulu' tersebut berceramah tentang pernikahan selama hampir tujuh menit, setelah itu dia, menuntun Om Teddy untuk membacakan sesuatu.
"Saudara Arkan Ramadhan bin Yayan Ruhiyana, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Rachel Utama binti Tommy Utama dengan mas kawin seberat sepuluh gram dan uang sepuluh juta rupiah, Tunai."
Rachel kembali tercengang. Dan lebih tercengang lagi saat terdengar suara seseorang yang sangat ia kenal.
"Saya terima nikah dan kawinnya Rachel Utama binti Tommy Utama dengan mas kawin yang disebutkan, dibayar tunai."
"Sah?"
"Sah!" Seluruh hadirin mengatakan 'Sah' bersamaan.
Apa ini? Rachel tidak tahu apa yang harus dia rasakan. Kaget? Heran? Marah? Ah Entahlah. Yang jelas dia sedang menangis sekarang.
"Selamat ya, Sayang, kamu sudah jadi istri Arkan," kata Sunny.
"Tapi, bagaimana bisa?" tanya Rachel.
"Tentu bisa, sekarang ayo kita maju ke depan! Kamu harus menandatangi dokumen pernikahan."
Rachel mengikuti semua perintah Sunny seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Mereka berjalan ke arah tenda. Setelah tiba di sana, barulah sang mempelai wanita bisa melihat semua dengan jelas.
Ada sebuah meja dengan empat kursi yang saling berhadapan. Pamannya dan penghulu duduk bersebelahan, di depan mereka ada Arkan dan sebuah kursi kosong di sebelahnya.
Kursi itu untuk Rachel, bagaimana bisa? Rachel memandang Arkan dengan bingung, laki-laki itu terlihat begitu tampan, mengenakan kemeja dan jas berwarna putih, ditambah lagi dengan peci yang juga berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Dari Ruang Rindu
Storie d'amoreArkan Ramadhan, anak laki-laki kebanggaan keluarganya. Dia menolak semua wanita yang dijodohkan dengannya. Padahal mereka adalah wanita-wanita shalehah dan terjaga. Mengapa Arkan bersikeras tidak ingin menikah?