31. Holly (shit) day 2

1.5K 128 22
                                    

Happy reading :)

🍃🍃🍃

"Mario."

Baik Ocha dan Mario mengangkat kepala. Bara berdiri semeter di depan keduanya dengan kedua tangan tenggelam pada saku celana.

"Kenapa, Bar?" tanya Mario.

"Lo dicari anak-anak. Katanya mau diskusi soal acara nanti malam."

"Oh, iya gue lupa." Mario menoleh pada Ocha. "Gue duluan ya, Cha. Ntar gue kirimin fotonya."

"Oke, makasih, Kak Mario."

"Anytime," balas Mario seraya tersenyum. "Thanks, Bar." Mario menepuk pundak kiri Bara sebelum berlalu pergi ke hotel.

Ocha balik badan kembali setelah Mario pergi. Pandangannya menyapu gelombang kecil yang bergulung ke tepi pantai. Sesekali kekehan ringan tercipta saat Ocha merasa geli dengan terpaan ombak tersebut.

"Kamu happy?"

Ocha tahu seharusnya ia pergi dari situ. Namun, mengingat tadi ia tak bisa bergabung dengan yang lain, Ocha harus bersyukur saat tersisa beberapa menit sebelum langit berubah menjadi gelap. Salahkan dirinya yang ketiduran hingga melewatkan senja.

"Happy," jawab Ocha apa adanya.

"Bukan karena Mario, 'kan?"

"Memangnya kenapa kalau karena Kak Mario?"

"Aku cuma belum terbiasa ngeliat kamu sama cowok lain."

"Oh. Dibiasain kalau gitu."

Ocha bergerak ke belakang saat ombak semakin jauh menerjang ke tepian. Tanpa sadar, jarak antara Ocha dan Bara tidak sejauh tadi. Ocha juga tak menengok ke belakang sehingga ia tersentak kala punggunya membentur tubuh Bara.

Kali ini Ocha lebih syok lagi saat Bara memeluknya dari belakang. Cowok itu bukannya melepaskan justru merengkuhnya. Sial! Bagaimana caranya Ocha bisa move on kalau sikap Bara saja selalu seperti ini?

"Bara, le--"

"Kamu ingat nggak, Cha?" pungkas Bara. "Kita dulu juga pernah hang out berdua ke pantai."

Ocha diam. Tubuhnya terasa membeku, tapi hatinya menghangat.

"Kamu bahkan sempet mau nangis karena belum mau pulang," lanjut Bara. "Kamu tadi di mana? Kenapa nggak kelihatan waktu sunset-nya muncul?"

"Ocha ketiduran."

"Kamu mau--"

"Nggak!" jawab Ocha bahkan sebelum Bara menyelesaikan kalimatnya. Ocha melepas tangan Bara secara paksa lalu menghadap Bara. "Apa pun itu, Ocha nggak mau kalau sama Bara."

"Cha, kenapa--"

Ocha melengos. Sesaat kemudian berujar, "Ocha nggak tahu kalau ternyata Bara sebrengsek ini. Selama ini Ocha terlalu buta sampai-sampai gak sadar kalau Ocha cuma pelarian. Terus sekarang, setelah semua yang pernah Bara bilang ke Ocha, Bara masih berani-beraninya meluk Ocha? Bara pikir Ocha cewek apaan? Jangan mentang-mentang Ocha cinta sama Bara terus Ocha akan mau jadi yang kedua ya? Ocha nggak mau!"

"Aku gak menjadikan kamu yang kedua, Cha. Kamu ini mikir apa sih? Terlalu jauh pikiran kamu. Coba sekali-sekali otaknya direset, biar bisa berpikir lebih logis."

"Apaan sih! Udah sana urusin aja Kak Sandra!"

Ocha mendorong dada Bara lalu melangkah pergi. Hancur sudah kesempatannya untuk bisa berlama-lama menikmati suasana pantai sebelum petang datang. Ocha melangkah pelan sembari memperhatikan tapak kakinya di atas pasir. Sementara di belakangnya, ada Bara yang mengikuti dengan jarak beberapa meter sambil menenteng sepatu Ocha. Ya, Ocha bahkan melupakan sepatunya dan pergi begitu saja.

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang