16. Ocha Hamil?

2.1K 124 1
                                    

Happy reading :)

🍃🍃🍃

Bulu mata lentik itu bergerak-gerak sebelum kelopak matanya terbuka sempurna. Kepalanya dihantam oleh serangan pening yang begitu dahsyat. Gadis itu adalah Ocha. Ocha meringis sambil beranjak untuk bersandar.

Saat denyut itu sedikit berkurang, Ocha mengamati sekelilingnya. Ia tersentak. Ini jelas bukan kamarnya. Segala perabot serta warna menjelaskan segalanya bahwa ruangan di mana ia berada detik ini bukanlah kamar miliknya. Kepala Ocha kembali berdenyut saat mencoba mengingat apa yang sudah terjadi.

"Akkh," erangnya. Ocha meremas rambut bermaksud mengurangi sakit yang mendera. Namun tetap saja sakit itu masih terasa sama.

Aroma yang terasa familiar kembali menyentak Ocha. Ocha jelas sudah hafal di luar kepala aroma ini. Aroma ini seperti wangi parfum milik Bara.
Dan untuk mencari tahu kebenarannya, Ocha segera menjejakkan kaki ke lantai dan beranjak ke luar setelah mencari-cari kacamata yang rupanya terletak di atas nakas.

Ocha meneliti setiap ruang hingga kakinya melangkah ke dapur. Di depan westafel, Ocha bisa melihat punggung seseorang yang kini sedang membelakanginya. Kedua tangannya bertumpu di pinggir westafel. Kepalanya juga tampak tertunduk dalam.

"Bara ... " panggilnya.

Cowok itu berbalik. Dan untuk sekejap Ocha merasa dihadapkan pada sebilah pedang saat melihat tatapan matanya. Tampak ingin membunuh lewat mata.

Kaki Ocha mundur tanpa perintah kala Bara berjalan maju ke arahnya. Ocha benar-benar takut sekaligus bingung. Ia benar tak mengingat apa yang sudah terjadi sehingga Bara terlihat seperti orang yang siap membunuh musuh. Ocha gemetar ketakutan. Kakinya mundur terus seiring jarak mereka berdua yang semakin terkikis.

"Ba--Bara, ma--" Ocha tertegun saat tumitnya mentok tak bisa mundur lagi. Gawat! Alarm tanda bahaya dalam kepala Ocha seketika berbunyi nyaring hingga rasanya bisa memecahkan kepala.

"Sleep well, Sayang?"

"M-maksud Bara?"

Bara mengelus rahang Ocha dengan seringai di bibir. Penampakan Bara lebih terlihat seperti seorang iblis. Iblis tampan bin sialan lebih tepatnya.

"Kamu gak inget apa yang terjadi semalam?"

Ocha mencoba menggali ingatan. Memangnya apa yang sudah terjadi semalam? Tapi pasti sesuatu telah terjadi hingga ia bisa terdampar di tempat asing ini. Sikap Bara juga menjadi salah satu alasan pasti ada sesuatu yang Ocha lupakan.

Sebelum ingatan itu tergali, perut Ocha mendadak merasakan mual. Ocha mendorong Bara dan berlari menuju westafel.

"Hoek ... "

Bara menyusul dan meraup rambut Ocha untuk dijadikan dalam satu genggaman agar tak terkena muntahan. Pasti itu efek alkohol yang semalam ditenggak Ocha. Perut gadis itu pasti tidak berteman baik dengan alkohol sehingga meminum sedikit saja sudah memiliki efek yang begitu besar.

Ocha membasuh mulutnya setelah memuntahkan segala isi dalam perut. Tubuhnya menjadi lemas seketika. Semua energinya serasa terkuras habis setelah muntah barusan.

"Minum ini." Bara menyodorkan segelas susu. Katanya susu bisa menetralisir segala rasa setelah seseorang mabuk. Entah mitos atau fakta.

Ocha meletakkan gelas yang hanya tinggal menyisakan jejak warna putih pada permukaan gelas. Setidaknya segelas susu tersebut membuat Ocha merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Bara hamilin Ocha?" tanya Ocha setelah sekian menit suasana hening. Pertanyaan itu sukses membuat Bara yang sedang menenggak air putih tersedak. Bara terbatuk hingga matanya tampak memerah.

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang