32. Berjarak

1.6K 109 21
                                    

Happy reading :)

🍃🍃🍃

Kepulangan mereka akhirnya ditunda yang awalnya pagi hari menjadi malam hari. Perubahan itu terjadi lantaran beberapa anak yang meminta tambahan waktu agar menunda perjalanan pulang sedikit lebih lama dari yang dijadwalkan. Dan begitu matahari berganti tugas dengan bulan, rombongan itu berbondong-bondong mengangkut barang-barang ke dalam bis.

Ocha berlari dari satu bis ke bis yang lainnya saat mendapati bis penuh. Napasnya terengah karena efek berlari sambil mengangkut barang-barangnya.

"Pak, masih muat 'kah?" tanya Ocha kepada supir bis. Dalam hati ia berharap bahwa dalam bis itu masih menyisakan setidaknya satu tempat saja.

"Masih, Neng. Satu lagi nih!"

Desahan lega lolos begitu jawaban si sopir bis terlontar. Ocha segera naik dan mengedarkan mata mencari kursi yang belum dihuni. Ada sepasang kursi, tapi salah satu kursi itu sudah terdapat ransel. Menyisakan satu di sebelahnya saja. Bergegas, Ocha segera mengambil tempat kosong itu. Letaknya tepat di sebelah jendela.

"Akhirnya," ujar Ocha begitu berhasil duduk nyaman. Akibat lelah sedari tadi mondar-mandir, kini kedua kelopak mata Ocha sudah tertutup rapat meski belum terbawa ke alam mimpi.

Gerakan halus di sebelahnya membuat Ocha menahan napas sejenak. Ia mencoba menerka siapa sosok yang duduk di sebelahnya. Dicium dari aromanya adalah parfum seorang cowok. Terasa tak asing, tapi tak juga familiar. Siapa?

Ocha memilih melanjutkan aksi memejam. Membuat sosok di sebelahnya mengira bahwa Ocha sudah tertidur padahal yang sebenarnya terjadi bahwa Ocha masih terjaga.

Bis mulai berjalan. Ocha merasa sosok di sebelahnya menyentuh rambutnya yang tergerai. Terasa ragu, tapi lama kelamaan elusan itu semakin kentara. Diam-diam Ocha melirik dari celah kecil matanya. Mencoba mencari tahu seseorang yang boleh dibilang lancang tidak sih kalau mengelus rambutnya tanpa permisi?

Dan Ocha tersentak begitu tahu bahwa sosok di sebelahnya adalah ... adalah ... Mario!

Karena sentakan itu, Ocha jadi gagal melanjutkan pura-pura tidurnya. Ocha bisa melihat bagaimana Mario cepat-cepat menarik mundur tangannya dari rambut yang semula dielusnya.

"Eh, gue ganggu lo ya? Lo sampai kebangun."

Ocha tersenyum canggung sembari menggeleng. Kepalanya segera ia tolehkan pada jendela daripada menatap Mario. Bukan apa-apa, yang jadi masalahnya adalah Ocha merasa gugup. Entah kenapa Ocha sendiri juga kurang paham.

"Tidur lagi aja, Cha. Nanti kalau udah nyampe biar gue bangunin," ucap Mario.

"Iya, Kak," jawab Ocha tanpa menoleh.

Jalanan yang macet membuat perjalanan menjadi lebih lama. Ocha yang tadinya tidak mengantuk, lama kelamaan juga mulai merasakan kantuk menyergap. Beberapa kali kelopak matanya terbuka setelah terpejam karena kepalanya terkantuk pada jendela bis.

Mario yang sedari tadi memperhatikan pun tak tega sehingga tangannya menyergap kepala Ocha lalu menyenderkan kepala Ocha begitu saja di bahunya. Sementara Ocha yang pada dasarnya sudah tidak kuat menahan kantuk justru mencari posisi ternyaman dengan bahu Mario sebagai sandaran.

Mario menundukkan kepala. Mengamati wajah lelap Ocha yang begitu menarik perhatian. Jari telunjuknya sesekali menusuk-nusuk pelan pipi Ocha. Mario terkekeh sendiri dengan kelakuan konyolnya.

"Finally, i found you."

🍃🍃🍃

"Kak ... balikin dong! Ocha mau nulis nih," pinta Ocha.

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang