01. Puncak Demo

3.7K 269 3
                                    

Happy reading :)

🍃🍃🍃

"Mam, Ocha berangkat dulu," ucap Ocha seraya berjalan menghampiri sosok ibunya yang sedang meneguk segelas susu putih.

"Emang hari ini Ocha ada jadwal?"

Ocha mengangguk. Kepalanya juga tertunduk. Menimbulkan kecurigaan untuk Mamanya.

"Sini sarapan dulu sama Mama."

Ocha menggeleng. "Ocha buru-buru. Ocha udah bawa bekal kok, Mam."

"Nggak nungguin Kakak? Ocha mau berangkat sama siapa?" tanya sang mama penuh kelembutan.

"Ocha udah pesen taksi. Kelamaan kalau nungguin Kak Nathan bangun." Ocha mencium punggung tangan Mamanya lalu beralih pada kedua pipinya.

Ocha mengangkat kacamata sejenak demi mengusap matanya yang terasa bengkak. Ini semua gara-gara Ocha yang menangis hampir satu jam tanpa henti.

Ocha segera membuka pintu mobil taksi yang sudah siap menunggunya di balik pagar rumah. Setelah mobil mulai berjalan, Ocha mengeluarkan ponsel pintarnya dan menghubungi seseorang.

"Halo? Daniel lagi di mana? Hari ini titik aksi demo di mana ya?"

"Gue udah sama Laras nih, Cha. Kita udah stay di depan gedung wakil rakyat."

Daniel dan Laras adalah sahabat Ocha. Ocha sangat nyaman bersahabat dengan kedua insan tersebut. Terlebih pada Daniel. Meskipun Daniel seorang cowok, tapi dia juga merupakan seorang K-Popers sama seperti Ocha. Bedanya jika Ocha mengidolakan Bangtan Boys atau lebih sering disebut dengan BTS, Daniel mengidolakan Blackpink. Wajar jika mengingat Blackpink beranggotakan empat orang cewek cantik. Pasti Daniel sering halu, membayangkan dirinya menjadi salah satu pacar dari Jennie, Rose, Lisa, atau Jisoo.

"Daniel share loc ya, Ocha mau otw juga nih."

"Lo mau ikutan demo, Cha?"

"Iya. Jangan lupa kirim lokasi ke whatsapp Ocha ya ...."

Ocha mengakhiri sambungan dan kembali menyimpan ponsel. Ocha kemudian mulai mengeluarkan almamater kampusnya yang berwarna kuning cerah. Sengaja Ocha baru memakainya sekarang karena takut ditanyai macam-macam oleh Mamanya.

🍃🍃🍃

Ocha memakai masker. Tak lupa topi berwarna hitam di atas kepalanya. Lokasi utama demo sudah mulai penuh oleh para demonstran. Ocha sampai kesulitan menemukan keberadaan teman-teman satu almamaternya. Karena saat tiba di tempat ini, Ocha tidak hanya menemukan mahasiswa, namun juga para anak SMA, STM, dan para warga lainnya.

"Daniel! Laras!" teriak Ocha. Gadis itu segera berlari menghampiri kedua temannya yang sedang duduk lesehan di atas aspal sambil menyantap nasi bungkus. Mungkin baik Daniel atau pun Laras belum sempat sarapan karena terlalu pagi menuju lokasi demo hari ini.

"Cha? Lo serius? Gue kira Daniel bohong pas bilang lo mau ke sini."

"Ocha serius, Laras. Oh ya, Ocha juga bawa bekal loh, kalian mau nggak?" tanya Ocha sambil membuka tas dan mengeluarkan kotak berwarna biru langit. "Nih, Ocha bawa donat. Belum sempat sarapan juga tadi, makanya siapin bekal."

"Gue antar pulang, yuk, Cha?" ajak Daniel. "Gue tiba-tiba merinding lihat lo beneran di sini."

"Emangnya salah ya kalau Ocha ikut demo? Ocha 'kan sama kayak kalian juga. Kenapa kalian boleh tapi Ocha enggak?"

Daniel dan Laras saling tatap. Detik berikutnya mereka kompak menghembuskan napas panjang.

"Cha, ntar kalau Kak Bara lihat gimana? Lo bisa-bisa kena marah."

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang