25. Hard Choice

1.5K 120 77
                                    

Happy reading :)

🍃🍃🍃

Bara mengendarai mobilnya seperti orang gila. Lampu merah diterabas, mobil dan motor disalip, yang paling parah sebuah gerobak dagangan hampir tertabrak. Waktu yang biasanya ditempuh lebih lama, menjadi terpangkas lebih singkat karena cara mengendarai mobil yang seperti pembalap.

Begitu sampai di tempat tujuan, Bara segera berlari menuju ruang yang menjadi tempat alasan seseorang hendak melenyapkan nyawanya.

Brak! Pintu ruangan itu terbuka dengan kasar membuat orang yang berada di dalamnya terkejut dan mengelus dada.

"Gimana keadaan dia?" tanya Bara dengan ngos-ngosan.

"Non Sandra baik-baik aja, Den. Cuma kata Dokter ... "

"Dokter bilang apa?"

"Kandungan Non Sandra masih terlalu muda dan dengan kejadiaan percobaan bunuh diri itu membuat kandungan Non Sandra jadi rentan dan lemah."

Helaan napas kasar keluar dari mulut Bara. Bara tak habis pikir bagaimana jalan pikir Sandra yang bisa-bisanya mencoba bunuh diri dengan meminum semprotan obat nyamuk. Di mana letak otak jenius gadis itu saat melakukan tindakan membahayakan dua nyawa di dalam tubuhnya sendiri?

"Kenapa dia ngelakuin itu, Bik?"

Wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga di kediaman Sandra menjawab dengan kepala tertunduk. "Beberapa hari sebelumnya, Tuan dan Nyonya bertengkar hebat dengan Non Sandra. Sepertinya kehamilan Non Sandra sudah diketahui oleh Tuan dan Nyonya."

Shit! Kedua orang tua Sandra memang tipekal orang yang perfeksionis, Bara jelas tahu itu. Menuntut segala sesuatunya harus sempurna. Tidak boleh ada cacat atau kurang sedikit pun. Mengingat kehamilan di luar nikah ini, sudah pasti itu akan menjadi aib dan membuat murka kedua orang tersebut. Terlebih orang yang harus bertanggung jawab atas semua ini sudah berada di alam lain, pasti semua itu semakin memperparah keadaan yang sudah rumit sejak awal.

"Terus apa yang dikatakan Tante sama Om?" tanya Bara lagi setelah merenung cukup lama.

"Tuan dan Nyonya tidak mau tahu, Den. Sekembalinya Tuan dan Nyonya dari Singapura, Non Sandra harus menemukan orang yang harus bertanggung jawab atas janin itu atau ... pilihan keduanya, Non Sandra harus menggugurkan janin itu."

Pantas saja Sandra sampai melakukan upaya bunuh diri. Orang tuanya saja tidak menyemangati justru menuntut sesuatu yang terasa sulit, wajar jika Sandra kacau dan tak mampu berpikir dingin lalu mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya saja.

"Bara?"

"San? Lo udah sadar? Apa yang lo rasain?" tanya Bara bertubi-tubi.

"Bar ... "

Bara segera mendekat dan memberikan pelukan. Sandra terlihat begitu terpukul. Tatapan matanya penuh luka dan sengsara. Disusul isakan serta lelehan air mata yang jatuh sebagai bukti betapa gadis itu kembali terluka.

"Aku mau nyusul Rion aja, Bar ... aku gak kuat."

"Lo nggak boleh ngomong gitu. Lo harus kuat. Masalah gak akan selesai dengan lo mati, San." Bara mengelus punggung Sandra yang terbalut pakaian khas rumah sakit. "Emang lo nggak merasa berdosa membunuh nyawa lo sendiri dan nyawa calon anak lo?"

"Pada akhirnya dia juga akan mati. Papa sama Mama pasti bakal maksa aku buat ngebunuh anak ini."

Bara mengurai pelukan digantikan dengan menangkup wajah Sandra. Jemarinya bergerak menghapus air mata yang tak hentinya menetes. "Semua itu nggak akan terjadi kalau lo nemuin orang yang bertanggung jawab akan anak ini, 'kan?"

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang