38. Sadboy

1.8K 140 27
                                    

Playlist | Jikalau Kau Cinta - Judika

Happy reading :)

🍃🍃🍃

Ocha memperhatikan Nathan yang duduk di bawah sofa dengan sibuk pada layar laptop. Mengandalkan sebuah buku sebagai topeng, Ocha bukannya membaca justru diam-diam memperhatikan sang kakak yang terlihat serius. Beberapa kali terdapat kerutan di kening lelaki itu menandakan bahwa Nathan memang sedang mengerjakan sesuatu yang penting.

"Kak?" panggil Ocha, tapi tak ada respon. Sudah biasa sebenarnya.

"Kakak?" ulang Ocha.

"Hm."

"Lagi kerja ya?" Ocha menunggu jawaban, tapi sia-sia.

"Kak Nathan sebenarnya kerja apa sih? Kok Ocha perhatiin lebih banyak nganggurnya daripada ngantor?"

Rasanya Ocha ingin melemparkan buku di tangannya ke arah Nathan. Sulit sekali mengobrol dua arah dengan Nathan. Hanya Ocha yang menjadi pihak penanya.

"Kak Nathan udah ada rencana nikah belum? Selama ini nggak pernah bawa pacar ke rumah. Nanti kalau Kak Nathan duluan yang nikah, Ocha masih dibolehin tinggal bareng sama Kakak, 'kan?"

"Kalau Ocha yang duluan ketemu jodoh Ocha, Kak Nathan ngizinin Ocha ngelangkahin Kakak nggak?"

Ocha berceloteh seperti burung berkicau. Sementara Nathan hanya diam mendengarkan tanpa merespon.

"Nanti kalau Ocha nikah Kak Nathan yang harus jadi penghulunya, t--"

"Kuliah aja yang benar. Gak usah mikir kejauhan."

"Ocha 'kan cuma lagi berandai-andai," sahutnya. "Eh, tapi kalau misal ada yang datang ngelamar Ocha diterima nggak ya, Kak, kalau Ocha masih kuliah?"

"Serah lo," jawab Nathan acuh tak acuh.

"Kak Nathan udah punya pacar belum sih? Kalau belum, mau nggak Ocha dekatin sama Laras?"

"Ogah!" balas Nathan cepat.

Ocha merengut. Bibirnya mencebik. "Ih, kenapa? Laras cantik kok. Laras juga pintar."

"Cewek bar-bar macam dia lo bilang cantik?"

"Laras cantik kok," bela Ocha. "Bahkan jadi incaran banyak cowok di kampus."

Ocha menumpukan siku pada bantal sofa. Kedua netranya memperhatikan Nathan yang cuek dengan keberadaannya. Namun, setidaknya kakaknya sudah tidak seperti dulu.

"Mama lagi apa ya, Kak?"

Tangan Nathan yang hendak menekan tombol enter terkatung di udara. Tubuhnya menegang sejenak, lalu Nathan mengangkat tatapan untuk menemukan Ocha yang sedang menatap kosong pada vas bunga.

"Otak lo perlu di-upgrade."

Kedua bola mata Ocha melebar. Kata-kata itu sudah tak asing lagi baginya. Seseorang dulu selalu mengatakan hal seperti itu saat omongannya sudah mulai melantur.

"Kenapa? Benar 'kan omongan gue? Otak lo kayaknya bermasalah."

"Kakak ngingetin Ocha sama Bara."

"Bara?"

"Ah ... " Ocha menghempaskan tubuh ke atas sofa. "Kenapa susah banget sih lupain dia?"

"Kenapa harus dilupain? Bukannya lo bucinnya dia?" balas Nathan.

"Ocha yang bucinin Bara, sementara Bara bucinin cewek lain. Semiris itu kisah cinta Ocha."

"Kasihan."

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang