20. The Mystery of Nathan

1.3K 106 11
                                    

Happy reading :)

🍃🍃🍃

Sore itu Ocha dibuat kalang kabut seusai pulang dari kuliah. Widya--perawat Mamanya--memberi tahu bahwa Mamanya mengalami sakit kepala. Tanpa menunggu lama, Ocha segera memanggilkan dokter untuk datang ke rumah dan memeriksa kondisi Mamanya. Dokter mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan setelah selesai memeriksa. Sebelum dokter itu pamit undur diri, ia menyerahkan secarik kertas yang berisi resep obat yang harus ditebus.

"Kak Nathan, bisa anterin Ocha ke apotek? Ocha mau nebus obat Mama."

Belum mendapat respon, Ocha berjongkok di samping sofa dan mengguncang tubuh kakaknya. Lengan Nathan menutupi mata lelaki itu sehingga Ocha tidak tahu apakah Nathan sedang tertidur atau tidak.

"Kak ... ayo anterin Ocha."

"Kak Nathan ... " Ocha kembali merengek. Ini juga merupakan usaha agar mereka bisa kembali dekat.

"Kakak ... "

Nathan tampak berdecak karena merasa terganggu. "Ck, apa sih?!"

"Ayo anterin Ocha ke apotek. Obatnya harus diminum Mama segera. Ayo Kak."

"Naik ojek sana!" tukas Nathan tak peduli.

"Di luar 'kan panas banget, Kak. Ocha gak boleh kepanasan."

"Manja banget!!! Ngerepotin orang terus kerjaannya."

Bukannya kesal Ocha justru menyengir tanpa dosa. Ia sudah kebal dengan sikap Nathan yang satu ini. Jadi bukan hal baru jika Nathan akan membentak-bentaknya.

"Naik taksi online, Ocha!" geram Nathan.

Ocha menggeleng kekeuh. "Ayo dong, Kak. Ini demi Mama kita juga 'kan. Please ... "

"Arghhh!" Nathan bangkit seraya mengacak rambutnya brutal. Matanya nyalang ke arah Ocha sebelum bangkit untuk mengambil kunci mobil dan juga jaket.

"Yesss!!!" seru Ocha begitu Nathan sudah tak terlihat lagi. Senyum gadis itu terkembang lebar seolah baru saja mendapat tiket gratis nonton konser BTS.

🍃🍃🍃

"Yah, apoteknya tutup Kak," ujar Ocha begitu tiba di apotek yang mereka tuju. "Gimana nih, Kak?"

"Kayak apotek di dunia ini cuma satu doang," cibir Nathan. Tangannya kembali memutar kemudi untuk mencari apotek lain.

Sembari Nathan mengemudikan mobilnya, Ocha mengamati jalanan dari balik jendela mobil. Kali-kali Nathan meleng dan tidak melihat letak apotek. Dan setelah menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu, akhirnya mereka menjumpai apotek di kawasan pusat perbelanjaan. Ocha bergegas turun sementara Nathan menunggu di mobil. Lelaki itu mengamati kondisi tempat yang ramai oleh orang-orang. Mulutnya kembali berdecak saat melihat dompet Ocha--adiknya--tertinggal di jok penumpang. Mau tak mau Nathan turun dan menyusul Ocha ke apotek tempat gadis itu mengantre.

Ocha yang sudah mendapat giliran memesan seketika dibuat panik saat menyadari belum membawa uang. Ia hendak berbalik untuk kembali ke mobil saat dompetnya sudah terulurkan di depan matanya.

"Makasih, Kak." Ocha tersenyum dengan cengiran khasnya. "Ocha lupa."

Setelah selesai, kakak beradik itu berjalan kembali ke mobil dengan Nathan yang memimpin di depan.

"Nathan?"

Langkah keduanya terhenti bahkan Ocha menubruk punggung tegap Nathan karena tak menyadari kakaknya berhenti mendadak.

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang