34. The Truth

1.6K 132 26
                                    

Happy reading :)

🍃🍃🍃

Ocha jadi sering melamun. Setelah kejadian di pesta itu, Ocha sering terlihat menghabiskan waktunya dengan melamun. Hal itu membuat Laras serta Daniel tak tega. Berbagai cara sudah mereka coba untuk bisa mengembalikan Ocha seperti Ocha yang dulu. Namun, usaha itu belum membuahkan hasil.

Laras yang merasa sudah berada di puncak kegeraman bangkit berdiri lalu pergi dari hadapan Ocha. Kedua tangannya mengepal kuat. Matanya jika diibaratkan sudah seperti bara api yang siap membakar siapa saja yang berani menatapnya.

Satu tujuan Laras saat ini, yaitu mendatangi biang dari segala sumber keruwetan yang terjadi. Tak peduli bahwa posisinya sebagai junior yang akan melabrak seniornya. Masalahnya Laras sudah tak tahan melihat Ocha terpuruk begitu dalam. Seolah kehidupan sahabatnya itu sudah terenggut.

Gubrak!

Laras menggebrak meja kantin setelah berhasil menemukan tersangka utama. Setelah sibuk bertanya sana-sini, akhirnya kantin menjadi tempat Laras menemukan si medusa berada.

"Apa-apaan ini?" tanya salah seorang dari gerombolan itu.

"Eh, bitch," panggil Laras. "Jadi cewek gak ada harga dirinya sama sekali ya lo. Situ bangga jadi PHO?"

"Maksudnya apa? Gue kenal sama lo aja enggak."

"Alah, bodo amat lo mau kenal gue atau enggak! Asal lo tahu ya, kelakuan lo yang udah ngerebut cowok teman gue bikin gue muak tau nggak?!"

"Lo kalau ngomong hati-hati ya! Siapa yang ngerebut siapa?"

Laras makin emosi. Rasa-rasanya ingin langsung menjambak rambut siluman ular di depannya. Namun, Laras harus sabar. Biarkan ia puas meluapkan segala kecamuk yang merajai hatinya terlebih dahulu.

"Ohoho, masih nggak nyadar juga. Duh, cewek murahan model ginian aja," Laras menatap penuh cemooh dari atas hingga ke bawah, "bisa-bisanya ngerusak hubungan orang."

"Mabok lo ya?"

"Lo kali! Dasar pelakor gak tahu diri. Murahan! Cih!"

"Shut up your fucking mouth!"

Laras tersentak mundur saat bahunya didorong. "Cowok masih banyak kali di luaran sana. Apa perlu gue cariin di salah satu mucikari buat lo?"

Plak! Dorongan bahu, dan kini tamparan keras diterima Laras. Salah satu sudut bibir Laras terangkat. Dagunya terangkat tinggi semakin menampakkan keangkuhan dirinya.

"Apa sih yang dilihat Kak Bara dari cewek murahan kayak lo? Jangan-jangan ... lo make pelet ya?"

"Lo sadar posisi lo? Lo itu cuma junior di sini. Jangan berani-berani nyari masalah sama senior lo!"

"Terus, gue harus bilang wow gitu? Dasar cewek murahan."

Sedetik setelah kalimat itu terlontar, rambut Laras dijambak kuat. Tak tinggal diam, Laras pun membalas menjambak rambut panjang Sandra. Kedua gadis itu saling jambak, cakar, dan melukai lawan dengan segala macam cara. Yang lain bukannya memisahkan justru menonton seolah hal itu adalah sebuah tontonan seru.

"Cewek sialan!"

"Lo yang lebih bawa sial! Dasar parasit!"

"Woi! Buta lo pada?! Ada yang berantem bukannya dipisahin malah disorakin!"

Gilang yang baru saja tiba di kantin segera menarik mundur Sandra. Tampilan gadis itu acak-acakan. Tak jauh berbeda juga dengan Laras. Ada beberapa goresan akibat cakaran dari kuku-kuku panjang mereka.

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang