27. Terlalu Sulit

1.5K 109 15
                                    

Playlist| Tetap Untukmu cover Indah Aqila

Happy reading :)

🍃🍃🍃

Setelah berhasil meringkus Sena dan antek-anteknya, Nathan segera melaju ke arah rumah sakit. Sepenuhnya ia menyerahkan kekacauan itu kepada anak buahnya untuk segera diproses.

Nathan melajukan mobil seperti saat ia mengejar anak buah Sena, ngebut dan tak terkendali. Jalan awal yang menjadi jalan pintas ia pilih sebagai alternatif untuk menghemat waktu agar lebih singkat dan tiba lebih cepat ke rumah sakit. Namun semua itu gagal ketika sebuah mobil di gang sepi nan sempit itu menarik perhatiannya. Ah ralat, sepertinya bukan mobil tersebut yang menarik Nathan untuk memelankan laju mobilnya, tapi sosok yang terlihat menendang ban mobil dengan sumpah-sumpah serapah.

"Mobil sialan! Kenapa harus pakai mogok segala sih?! Minggu lalu 'kan baru aja diservis. Aelah, nyusahin aja!"

Nathan turun dari mobil dan menghampiri gadis itu. "Butuh bantuan?"

Gadis itu terkejut dan matanya melotot karena kaget. "Lo?! Kok bisa ada di sini?!"

"Mobil lo kenapa?" tanya Nathan. Kalau bukan gadis ini merupakan teman dari adiknya dan jalanan ini bukan jalanan sepi, Nathan tidak sudi menawarkan bantuannya.

"Menurut lo?"

"Mau bareng gue?"

Laras menyipit ke arah Nathan. Semenjak kejadian Laras melihat Nathan di dekat area perbelanjaan bersama Ocha dan tidak mengakui Ocha sebagai adiknya sendiri, Laras jadi sungkan untuk berkunjung ke rumah Ocha. Laras juga meminimalisir pertemuannya dengan Ocha agar tak bertemu dengan Nathan. Iblis berwujud manusia.

"Woi! Mau bareng nggak?"

Laras bimbang. Satu sisi ia bingung karena mobil mogok dengan kondisi ponsel yang mati. Sisi lain ia tidak mau berdua saja dengan Nathan yang mempunyai aura menyeramkan. Bukan. Laras bukan takut pada Nathan, hanya saja Laras merasa kesal kepada Nathan karena bisa begitu tega tidak mengakui Ocha sebagai adik kandungnya.

"Ya udah kalau nggak mau," putus Nathan berjalan kembali ke mobilnya.

"Tungguin!!!"

Dengan berat hati, Laras akhirnya turut masuk ke dalam mobil berdua bersama Nathan. Sebelumnya Laras mengambil tas di mobilnya terlebih dahulu sebelum bergabung bersama Nathan. Berdua, dalam satu mobil dengan jarak yang tidak cukup jauh.

"Tangan lo kenapa?!" jerit Laras begitu menyadari pergelangan tangan Nathan yang berdarah. "Berhenti, berhenti ... "

"Ck, apalagi sih?!"

"Gue ada P3K di mobil, gue ambil dulu."

"Gak usah!"

"Tapi tangan lo luka."

"Terus?"

Laras dibuat membelalak atas respon Nathan. "Terus?" takjubnya. "Heh, itu kalau gak keburu diobati bakal ngalir terus darahnya. Setidaknya diperban biar darahnya mampet."

"Eh, denger gue ngomong nggak sih?!"

"Ya ampun, lo tuh cewek mulutnya udah kayak mercon banting aja. Gak ada kalem-kalemnya sedikit pun."

"Masalah buat lo? Gue gak peduli ya sama penilaian lo. Emangnya situ siapa? Dih, sok akrab deh."

Nathan biarkan saja Laras terus mengoceh ke sana ke mari kalau perlu sampai mulut gadis itu berbusa, tapi rupanya gadis itu memang tidak bisa diam sedetik saja.

Love in Demo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang