37. Masalah Baru

37 3 6
                                    

Bila bahagiamu sesederhana itu
    Maka biarkan aku sedikit
     Mengabdi. Biarkan aku
          Yang mengalah.
                                        -Arion-

Hai gais!
Ngga kerasa ya udah menjelang akhir-akhir aja nih.
Sedih sih sebenernya but kalian ngga perlu khwatir
Atau risau. Karena part ini bukanlah akhirnya, tenang
Masih ada beberapa chapter lagi!
Antara sedih dan seneng sih…
Senengnya, karena dengan begitu aku bisa dengan leluasa
Bikin karya baru yang aku jamin bakal jauh lebih baik dari ini.
Tapi, sedihnya itu karena bakal pisah dari sosok Amora, Langit dan Arion.

Yowes jangan sedih sekarang ah! Ini waktunya berdebar-debar dengan 
masalah yang bakal muncul lagi. So, have fun gais!

^ ^ ^

“Assallamualaikum.” Hening. Tak ada sahutan dari dalam rumahnya. Biasanya tiap kali Arion pulang pasti omahnya akan menyambutnya dengan riang. Tapi tidak untuk hari ini, meskipun Arion baru mendapat kabar dari omah tentang kepulangan kedua orang tuanya tapi anehnya rumah ini tampak tak berpenghuni. Bingung.

Arion tak ingin ambil pusing, walaupun ia tidak bisa menampik bahwa otaknya terus berputar dan bertanya-tanya kemana orang dirumahnya. Arion berjalan lunglai memasuki bagian dalam rumahnya. Saat sudah melewati ruang tamu serta sekat yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan ruang makan, ketika Arion hendak masuk kedalam kamarnya langkahnya seketika terjeda karena mendengar suara yang sangat ia kenal yang mengintrupsinya agar berhenti melanjutkan niatnya.

Arion memutar tubuhnya menghadap ke sumber suara, “Papah,” decit Arion. Dia mengedarkan pandangan dan ternyata baru disadari olehnya bahwa  semua keluarganya  sedang berkumpul diruang Tv, ralat. Ada satu wanita seusia mamahnya  yang duduk disamping papahnya.

Mata Arion memicing melihat siapa wanita tersebut, alangkah kaget dirinya melihat kehadiran calon mertuanya, tante Shofy ditengah-tengah keluarga kecilnya. Merasa ada sesuatu yang tidak beres, Arion lantas kembali mengedarkan pandanganya untuk melihat wajah tegang omah dan mamahnya.

“Tante Shofy,” tercetus lah sebuah kata keluar dari mulut Arion. Sungguh dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi, melihat wajah tegang omah, wajah sendu mamahnya serta wajah tanpa dosa papahnya, makin membuat Arion yakinn bahwa sudah terjadi sesuatu ketika dirinya belum pulang.

“Ri, sini duduk. Ada yang ingin papah sampaikan.” Titah papah Arion. tanpa  perlu menyahut, Arion lantas menuruti pertintah papahnya, dia duduk disamping mamahnya yang sekarang sedang tertunduk lesuh dengan wajah pucat dan terpukul.

“Ri, sebelumnya perkenalkan ini tante Shofy dan Shofy, ini anak saya, Arion,” ucap Hadi memperkenalkan antara kedua makhluk yang sebenarnya sudah  saling mengenal.

Arion mengabaikan  ucapan papahnya, “Ada keperluan apa  ya tante ada disini? Dan tante Shofy siapanya papah?” tanya Arion bertubi-tubi.

Hadi tersenyum menanggapi anaknya  yang sudah dipastikan terihat cemas, “Kamu ngga perlu tegang gitu,Ri. Papah akan jelaskan semuanya.”

Arion muak dengan wajah papahnya yang terlihat menjijikan itu, “Cepet jelasin! Gausah bertele-tele.”

Arion  melihat wajah mamahnya dengan penuh khawatir, meskipun sikap dan perlakuan  mamahnya terhadap dirinya selalu tidak baik sejak kejadian itu, tapi Arion tetap sangat-sangat menyangi wanita yang sudah mengandung serta membesarkanya dengan penuh kasih, dulu. Sebelum kejadian buruk itu menimpah dirinya.

“Cepat papa jelasin!” sentak Arion sambil tangannya merengkuh pundak sang mama , membawanya dalam pelukan.

Hadi menyeringai sesaat, “Kamu santai dong, Ri. Papah pulang dengan membawa kabar bahagia buat kamu,” Hadi menjeda ucapanya, “Ini,” Hadi merangkul pundak Shofy dengan senyum terpampang diwajahnya, “dia adalah calon ibu tiri kamu,” ucap Hadi menuntaskan ucapannya dengan  begitu bahagianya. Berharap Arion akan ikut  senang dengan pernyataan yang dipaparkan papahnya.

Menepi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang