Jangan lupa vote sebelum baca dan coment sesudah baca!
Ayo saling menghargai. Satu voted dan coment kalian sangat mempengaruhi❤🌸
~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
Pagi ini adalah pagi yang sangat menghebohkan di dalam rumah minimalis modern. Pasalnya, sosok cowo berkulit eksotis itu belum juga bangun dari tidurnya. Padahal sudah berpuluh kali bundanya bolak-balik ke kamarnya untuk membangunkannya, tapi selalu saja cowok itu kembali tidur kalau ditinggal. Akhirnya satu cara terlintas dikepala perempuan paruh bayah itu, langsung saja bunda memainkan dramanya.
“Assallamualaikum, nak Hani”
“Gimana kabar kamu?”
“Hah?! Kamu mau jemput Langit??”
“Kamu sekarang udah di depan rumah?”
“Ok-ok, tante bukain pintu dulu ya. Kebetulan ini manusianya belum juga bangun.”
Mata Langit yang semula rapat bagaikan di lem glue sekarang terbuka sangat lebar kala mendengar percakapan bundanya dengan sang kekasih tadi ditelfon. Badan Langit langsung tersentak, mengambil posisi duduk.
“Bun, itu beneran Hani? Dia udah dibawah ya?” tanya Langit panik dengan suara khas orang baru bangun tidur.
“Tadi si bilangnya gitu, ini bunda baru mau liat kebawah. Mending sekarang kamu mandi, kesian nanti Hani nunggu kamu kelamaan.”
Langit mengacak-acak rambutnya terlebih dahulu kemudian dia bangkit dari duduknya tanpa menyahuti perkataan bundanya tadi.
“Mandinya yang cepet Lang, jangan buat pacar kamu menunggu.” Bunda memang sudah mengetahui prihal hubungan Langit dengan Hani, bahkan ia memberitahu penyakit Hani yang sebenarnya kepada bunda. Sejak kejadian adu jotosnya dengan Arion kemarin, Langit sadar dengan kesalahannya dan apa yang diucapkan Arion kemarin ada benarnya. Maka dari itu, ia tidak mau menutup-nutupi penyakit yang di idap Hani. Lagi pula itu bukan sebuah kekurangan, jadi untuk apa ditutup-tutupi.
Tidak butuh waktu lama, kini Langit sudah siap dengan seragam putih abu-abu yang melekat ditubuhnya. Lewat pantulan kaca lemari pakaiannya Langit melihat dirinya yang terlihat begitu tampan. Dengan rambut pendek disertai jambul buatannya, serta seragam yang sengaja tidak dimasukan membuatnya kelihatan tampan meskipun urakan.
Buru-buru Langit keluar dari kamarnya setelah mengambil tas sekolah yang ia letakan diatas meja belajarnya. Cowok itu menuruni anak tangga yang mengubungkan ke lantai bawah. Terlihat ayah dan bunda yang sedang sarapan bersama disana.
“Lang, sini sarapan dulu,” tawar ayah, setelah berhasil menelan nasi goreng keju buatan bunda pagi ini.
“Ngga usah yah, kesian Hani udah nunggu lama,” sindir Langit, melihat kearah bunda dengan sinisnya. Langit menyadari itu hanya tipu daya bundanya agar ia segera bangun. Lagi pula mana mungkin Hani datang ke rumahnya sedangkan dia saja belum pernah membawa Hani main kerumah. Sedangkan sang ayah mengerinyitkan dahinya, tak paham. Karena setau dirinya pagi ini tidak ada tamu perempuan yang datang.
“Dasar bunda, kalau mau bangunin Langit pasti aja ngebohong. Nggak takut dosa apa?!” tanya Langit sewot, sehabis dirinya menenggak segelas susu putih yang tersedia diatas meja makan.
“Ngga dosa lah, orang buat kebaikan.”
“Ngga ada ceritanya bun, yang namanya ngebohong tetep aja dosa. Udahlah Langit berangkat ya.” Langit menyalimi tangan ayah kemudian beralih menyalimi tangan bundanya, tentu saja dengan wajah masamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepi
Teen Fiction[S E L E S A I] Ketika hati hanya bisa memendam, karena tak mampu ungkapkan rasa yang begitu dalam. ︶︿︶ Tahukan rasanya jika harus memendam rasa sendiri, gimana? Capek! ... Pura-pura jadi orang paling terbahagia ketika...