Mata pelajaran terakhir pun selesai. Amora dan Langit langsung keluar kelas. Tidak lama kemudian, Fania, Loren, Endy, dan Ucup datang.
"Amora yang cantik, tapi masih cantikan gue. Boleh minta tolong pesenin ojol ga?" pinta Loren dengan wajah baby facenya.
"Engga."
Loren mengepoutkan bibirnya, "Jahat ya kamu sama aku."
"Kenapa lu ga bareng Ucup aja? Biar irit ongkos," usul Amora, menaik turunkan alisnya.
"Bilang aja lu ga mau pesenin gue ojol," dengus Loren.
"Ga gitu maksudnya, kan gue cuman usulin doang. Lagian kan ongkos lu jadi irit," ujar Amora, "ya tapi terserah lu sih," finalnya, sembari membuka Aplikasi ojol yang terunduh dihandphonenya.
"Lu anter Loren gih Cup," suru Langit, "kesian anak cewe dibiarin balik sendiri," lanjutnya.
Ucup tampak menimbang-nimbang ucapan Langit. Sejujurnya Ucup sangat kesal dengan sikap Loren yang terlalu bringas jadi cewe, namun sisi lain, Loren tetap temannya, yang saat ini sedang membutuhkan bantuannya.
Dengan menarik napas panjang lalu dihembuskan kembali, Ucup mengambil keputusan untuk mengantarkan Loren pulang,"Yaudah, lu balik bareng gua."
Mata Loren berbinar menatap Ucup, seketika hatinya tersanjung. Ia fikir Ucup akan tega padanya, namun ternyata Ucup masih punya sisi baik.
"A--ahh ... Ucup lu emang friend gue! Sayang Ucup," girang Loren. Pasalnya, uang untuk hari ini ia bayar ojol bisa ditabung tanpa perlu terbuang sia-sia.
Ucup memutar bola matanya malas, "Ga gratis loh," ucap Ucup, berhasil membuat Loren mematung di tempat.
"Mending ga usah, kalo gitu mah," sahut Loren, kesal.
"Bercanda." Ucup menyeringai kuda, karena ia berhasil memancing kekesalan Loren.
Usai perkara Loren dan Ucup. Langit langsung mengajak Amora untuk pulang bersamanya.
"Ayo oy pulang." Langit merangkul pundak Amora.
"Gue pulang sendiri aja Ngit, ga enak gua ngerepotin lu terus."
"Ga enak kasih kucing, ayo lah cepetan," paksa Langit, "lagian kan gua mau kerumah lu," ujar Langit mengingatkan.
"Oh iya yak, lupa gue." Cengir Amora, menampakan deretan giginya yang putih nan rapih, "Yaudah kalo gitu hayu dah meluncur!" sahut Amora dengan rasa tidak enak hati yang sudah hilang begitu saja.
"Tadi aja ogah-ogahan," ledek Langit.
"Hm..." Amora menatap mata Langit tajam, dan seketika ia ingat akan sesuatu, "oh iya! tapi mama sama ka Ayla gak dirumah Lang, apa gak ke rumah lu aja?" tawar Amora ketika mengingat dirumahnya sedang tidak ada orang.
"Dirumah lu ajalah, males gua sama nyokap, kalo ada tamu suka ribet," tolak Langit, "lagi pula otak gua masih waras ilah, jadi jangan takut," ucap Langit mencoba meyakinkan Amora.
"Udah jinak ya bor," ledek Endy, dengan senyum menggoda.
"Yoi," sahut Langit, dengan tawa kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepi
Teen Fiction[S E L E S A I] Ketika hati hanya bisa memendam, karena tak mampu ungkapkan rasa yang begitu dalam. ︶︿︶ Tahukan rasanya jika harus memendam rasa sendiri, gimana? Capek! ... Pura-pura jadi orang paling terbahagia ketika...