13. Langit Bikin Pegel Hati

90 14 38
                                    

Budayakan vote sebelum baca!
.
Makasih semua 🙏 and happy Reading ❤🦋

Hari Selasa.

Pagi ini kelas di awali dengan mata pelajaran yang paling banyak dibenci oleh pelajar, apalagi kalau bukan Matematika. Setelah kemarin pagi dimulai dengan Matematika 1 jam, kemudian hari ini dilanjut lagi matematika 3 jam.

Gumoh lah semua murid kelas XII IPS 1. Banyak dari mereka yang memilih madol (kabur) di jam pertama setiap hari selasa, termasuk Langit yang selalu berangkat telat setiap hari selasa. Tujuannya adalah untuk mengindari pelajaran yang menjadi musuh bebuyutannya dari kelas 1 SMP, dulu.

Sejujurnya, Langit adalah lelaki yang memiliki kecerdasan setara dengan orang yang memiliki otak geniuz, tapi pembedanya adalah Langit yang selalu malas belajar dan malas mengertikan sesuatu.

Seperti minggu-minggu kemarin, hari Selasa minggu ini pun Langit sengaja membuat dirinya telat supaya ia tidak mengikuti kelas Bu Vinge.

Menurutnya, lebih baik ia dihukum membersihkan lapangan ataupun lari, di bandingkan harus mengikuti proses belajar mengajar, yang sangat memobosankan itu.

Lelaki beriris mata hitam legam itu, menatap jam dinding berbentuk lingkaran yang menempel pada dinding pagar sekolah, menunjukan pukul 07:00 pagi. Langit berdecak senang, karena ia berhasil datang terlambat pagi ini, “Yes! Misi hari ini berhasil,” sorak Langit kesenangan.

Babeh menatap Langit penuh heran. Baru kali ini, ia melihat orang telat tapi malah kesengan dan ga ada panik-paniknya.

Langit yang merasa dirinya dipandangi, langsung beralih melihat babeh yang kelihatan terheran-heran dengan dirinya. Ia mengajak babeh ber-tos untuk merayakan keterlambatannya pagi ini, untuk yang kesekian kalinya.

“Kamu kenapa seneng banget, Ngit? Padahal kamu telat loh,” tanya babeh, yang sudah kepalang bingung.

Langit hanya menjawab pertanyaan babeh dengan seringaian, “Hari ini guru piketnya bu Lisa, kan beh?” tanya Langit. Mengalihkan pembicaraan.

“Iya,” sahut babeh, dengan tersenyum.

“Beh, kan ini gerbang dibukanya nanti, jam 8 an. Boleh ga saya izin ngopi dulu? Tuh di mamank depan.” Unjuk Langit, kearah tempat tongkrongannya.

“Waduh ... Ga boleh dong.”

“Yah ... Beh, Langit lagi haus banget ini. Mana Langit ngantuk banget lagi, bisa-bisa Langit ga pokus dah nih belajarnya,” ngelesnya.

Saat babeh sedang memutar otaknya, tiba-tiba suara teriakan perempuan terdengar begitu nyata, memanggil nama babeh. Dengan sigap babeh langsung menghadap ke guru perempuan yang ada di depan meja piket.

Tidak lama kemudian babeh kembali, langsung membuka kan gerbang. Padahal seharusnya gerbang dibuka masih 30 menitan lagi.

“Beh, ko udah main dibukain aja?” tanya Langit. Ketika hendak menyalimi tangan babeh.

“Ga tau tuh, Bu Lisa. Babeh kan hanya jalanin perintah aja.”

“Yaudah, pamit masuk ya, beh.” Usaha Langit untuk ngopi pagi ini sirna begitu saja.

Langit berjalan malas ke arah meja piket, hari ini lumayan juga datang terlambat. Jika diperhartikan, mayoritas yang terlambat adalah anak laki-laki. Dari kelas XII yang terlambat ada Hanin, Bagas, Flo, dan Langit.

Saat sedang mengantre untuk mendapatkan surat izin terlambat dan diberikan hukuman. Tiba-tiba saja Bu Vinge datang menghampiri Bu Lisa dan langsung membisikan sesuatu di telinga sebelah kanan.

Menepi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang