8. Canggung

147 26 194
                                    

Maafkan daku yang selalu membuat kalian menunggu🙏😭
Semoga selalu tetap setia ya menunggu, walaupun menunggu itu gak enak :’)

Oke lah tidak ingin berpanjang lebar. Mari menikmati 🙌✨
.
.
.

Hening.

Hanya kata itu yang mampu mendeskripsikan keadaan yang terjadi diantara segelintir manusia yang sedang berkumpul disatu meja yang sama, lebih tepatnya dua meja yang mereka jadikan satu.

Keheningan itu tercipta setelah Fania berhasil menolak permintaan Langit yang meminta untuk mengajak Hani ikut bermain bersama mereka.

Sesungguhnya Fania bukan tipe orang yang gampang menolak permintaan seseorang. Tapi kali ini terpaksa harus ia lakukan untuk keberlangsungan acara mainnya nanti.

Dengan berat Hati Langit menerima keputusan yang dibuat Fania. Dalam hati, sejujurnya ia sangat ingin bisa ikut bermain bersama teman- temannya, tapi sayangnya ia sudah terlebih dahulu membuat janji pada Hani.

“Gua harap lu bisa ngerti ya Ngit,” ucap Fania lirih. Berharap agar Langit tidak sakit hati atas penolakannya.

“Iya gua paham ko Fan, santuy aja.” Langit mengambil es teh manisnya lalu menegugnya hingga habis tak bersisa.

Entah harus senang atau sedih, satu sisi Amora senang karena Fania berhasil menuruti permohonan hatinya agar menolak keinginan Langit, namun sisi lain Amora sedih karena Langit lebih mementingkan Hani ketimbang berkumpul bersama dirinya dan teman-teman.

“Emang ga bisa bisa dicancel aja?” tanya Loren, “inikan main terakhir kita sebelum dipusingin sama tugas dan ujian-ujian” lanjut Loren, mencoba membujuk Langit.

Langit membungkam mulutnya, seketika ucapan Loren terngiang-
ngiang dikepalanya. Seolah membetulkan penuturan yang Loren ucapkan. Memang, waktunya di kelas XII ini tidak mungkin leluasa seperti di kelas X dan XI. Dalam waktu dekat mereka pasti akan dipusingkan oleh ujian-ujian yang siap menanti didepan mata.

Amora yang melihat wajah Langit dipenuhi kebingungan, akhirnya ikut angkat bicara “Udah gausah dipaksa kolo emang dia ga bisa.” Langit langsung mengulaskan senyum pada Amora, sahabat perempuannya ini memang selalu ada disaat-saat dirinya terdesak.

“Yaudah terserah lu aja si Ngit,” sahut Ucup seolah mewakilkan sahutan teman-temannya yang kini memilih bungkam.

Bel masuk kelas terdengar begitu nyaring dipenjuru kantin. Semua murid yang ada dikantin terpaksa meninggalkan aktifitas yang membuat mereka senang, dan beralih untuk meninggalkan kantin. Termasuk dengan Amora&Langit Cs. Mereka langsung bangkit dari persinggahan dan berjalan keluar dari area kantin.

*

“Assallamualaikum warohmatullahi wabarakatuh,” salam bu Mala selaku guru agama yang mengajar dijam terakhir.

“Waalaikumsallam,” jawab murid kelas dengan kompaknya.

Bu Mala berjalan keluar kelas. Kemudian diikuti oleh semua murid kelas yang berjalan dibelakang bu Mala, layaknya dayang-dayang yang mengikuti langkah majikannya.

Terkecuali dengan Amora, Fania, Loren, Langit, Endy dan Ucup. Mereka harus mengerjakan kewajiban mereka sebagai anggota murid kelas, yaitu piket kelas yang memang diadakan saat sepulang sekolah dengan tujuan supaya esok hari masih bersih.

“Abis ini langsung on the way kerumah Fania kan?” tanya Loren memastikan.

“Iya dong,” sahut Endy dan Ucup dengan kompaknya.

Menepi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang