10. Curcol Bikin Panas!

111 20 74
                                    

Makasih yang masih stay untuk cerita MENEPI ini 🙏😭❤

Semoga kalian selalu dalam kebahagiaan. Aminn

.
.

~Cekidot!!!~


“Jawab eh!” sentak Langit, membuat ke 3 orang itu tersentak kaget, termasuk Amora yang terpelanjat.

“Ish ... Si anjir, kaget nih gua!” Amora memukul lengan kekar Langit. Sedangkan pelakunya tertawa senang melihat targetnya  berhasil masuk dalam kejahilannya.

“Tau lu, Ngit! Kagetin aja,” sambung ka Ayla.

“Kebiasaan bego lu.”

“Udah-udah, Back to topic!” ucap Langit, “jadi lu ada hubungan apa sama ka Ayla, bang?” tanya Langit, sembari memicingkan mata legamnya.

Karena lelah terus-terusan didesak, akhirnya Ayla dan Damar menjawab perihal hubungan yang mereka jalani saat ini, “Gua sama Ayla pacaran.”

Mata Amora dan Langit sama-sama membulat sempurna, iris hitam legam milik Langit  dan iris hazel milik Amora seakan keluar dari tempatnya. Mereka berdua masih sama-sama tak percaya dengan pernyataan yang keluar dari mulut Damar.

“Yailah lebay banget lu berdua,” ucap Ayla, dengan senyum yang merekah dari bibir lembab berwarna pink itu.

“Sejak kapan kalian pacaran?”

“Ah banyak tanya lu, intinya kita bakal nikah secepatnya.”

“Apaan si kamu, dateng kerumah buat ngelamar aja belom. Udah mau main nikah-nikah aja.” Ayla mencubit kecil pinggang kekasihnya.

“Udah kali, Mor shocknya. Terima aja si, bukannya seneng gitu.”

Amora pun tersadar dari lamunan sesaatnya. Jujur, satu sisi ia merasa senang dan bahagia melihat kakanya sudah ada calon pasangan hidup, tapi satu sisi, ia memikirkan kelanjutan kisah cintanya, eits ... Lebih tepatnya kisah cinta sendirinya itu. Rasanya peluang untuk Langit menjadi pasangannya kelak, akan sirna begitu saja. Namun, dengan rasanya yang akan selalu sama. Mencintai sendiri.

“Mor!” panggil ka Ayla, pada Amora yang sedari tadi diam mematung. Seketika Amora pun langsung tersadar dari lamunan singkatnya, “Hah-eh, kenapa?” sahut Amora gelagapan.

“Lu yang kenapa? Ga seneng liat gue pacaran sama Damar?” selidik ka Ayla.

“Seneng lah, yakali dah ga seneng kalo liat lu seneng.”

“Heleh bisa aja.” Tangkis ka Ayla sembari memutar bola matanya malas.

“Kayaknya nih anak kurang ngopi ka, mangkanya begini,” timbrung Langit.

“Hahaha kayaknya si.”

“Apaan dah lu Lang, sotoi amat,” elak Amora, “lu kurang obat ya, Lang? Dari tadi gaje (gajelas) amat.”  Jengah Amora, melihat kelakuan sahabatnya pagi ini.

“Mending lu ajak ngopi sana, Lang,” titah Damar. Langsung mendapat anggukan setuju dari Langit.

“Ayo, Mor.” Langit menarik pergelangan Amora, membawanya pergi dari wilayah taman.

Berkali-kali Amora merengkal, namun hasilnya nihil. Cengkraman tangan Langit pada pergelangan tangannya terlalu kuat, hingga membuatnya sedikit merah lecet.

“Awh...” ringis Amora.

Langit yang mendengar ringisan Amora segera melepaskannya. “Sakit, Mor?” tanya Langit dengan polosnya.

Menepi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang