22. Badminton

70 8 10
                                    

Budayakan vote
Sebelum membaca! 🙏❤

~•~•~•~•~•~•~•~

Hari ini adalah hari Rabu, itu berati terjadwal kelas XII IPS 1 untuk melakukan aktivitas belajar mengajar yang umumnya di lakukan diluar kelas. Sebut saja Olah raga.

Suatu kegiatan belajar mengajar yang paling digemari para siswa karena selama KBM terlaksana dilakukannya di luar ruangan dan biasanya tersisa banyak waktu setelah proses KBM untuk beristirahat sejenak, entah itu untuk rebahan di kelas, jajan di kantin, atau hanya sekedar berganti pakaian saja.

Hari ini kelas XII IPS 1 terdapat pelajaran PJOK yang bertemakan Badminton. Kemarin, Pa Samsul telah meminta murid-muridnya untuk membawa alat untuk bermain permainan itu.

Seluruh siswa dan siswi sekarang sedang berkumpul di dalam kelas mereka, sembari menunggu aba-aba dari Rendy, si ketua kelas yang cekatan. Beberapa murid ada yang asik mengobrol, melakukan pemanasan individual, bermain handphone dan bahkan ada yang bermain bulu tangkis di dalam kelas, sebut saja Endy-Ucup dan Sasa-Loren. Yups, merka udah terlebih dahulu bermain, katanya sih untuk pemanasan.

Sedangkan Amora dan Fania lebih memilih untuk berdiam diri, dengan Fania yang kini menempati meja Sasa agar dapat bersebelahan dengan Amora. Jika diperhatikan, Amora dan Fania sama-sama orang yang pendiam tapi meski begitu, mereka selalu mempunyai topik untuk mengobrol bahkan lebih nyambung.

Fania menatap Amora dari samping, karena posisinya sekarang Amora sedang tidak duduk di kursinya, melainkan duduk di tempat Sherly, teman yang duduk di depan Amora. Sembari terus menonton keempat sahabatnya yang sedang seru-serunya bermain.

"Mor..." panggil Fania dengan ragu.

Amora sontak mengalihkan pandangannya menjadi menatap Fania, raut wajah Amora seketika berubah menjadi bingung karena melihat raut wajah sedih yang tergambar dari wajah cantik Fania.

"Kenapa Fan?" tanya Amora sedikit panik, dengan sebelah tangannya menyentuh pundak kanan Fania.

Fania menatap Amora lamat-lamat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk bercerita. Amora selalu bersyukur karena sahabat-sahabatnya selalu percaya padanya untuk menjadi tempat mereka berkeluh kesah.

"Gue mau cerita boleh?" dengan cepat Amora menanggukan kepalanya seraya tersenyum hangat.

"Boleh banget lah. Ada apa emangnya?" Menaikan satu alisnya dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibir sexynya.

Fania menarik napasnya gusar, kepala yang sedari tadi tegap menatap kedepan kini tertunduk lesuh saat memgingat kejadian yang dialaminya semalam.

"Hey! Ko bengong?" Amora mencoba menyadarkan sahabatnya dengan menggoyangkan lengan tangan Fania yang diletakanya di atas meja.

Fania tersadar dan dengan hati-hati mulai menceritakan masalahnya, "Ini tentang keluarga gue, Mor."

Tubuh Amora seketika menegang sesaat Fania memberitahu masalahnya, seketika ingatannya kembali pada beberapa pekan lalu, dimana saat dirinya sedang bermain ke rumah Fania lalu mendengar percakapan bibi dan suaminya yang membicarakan tentang perceraian orang tua Fania dan hal itu masih dirahasiakan dari Fania.

"Ke-kenapa sama keluarga lu?" tanya Amora sedikit bergetar.

"Semalam, gue nannya sama nyokap tentang bokap tapi malah nyokap gue ngebentak gue, Mor. Padahal gue nanya biasa aja."

"Emang lu nanya gimana Fan?"

"Gue tanya gini 'Mom, dady kemana? Katanya kerja di luar kota. Tapi ko ga pernah ada liburnya, apa kita coba susul dady aja ya?' gitu doang Mor. Apa gue salah?"

Menepi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang