05:00 pagi.
Amora terbangun dari tidurnya setelah mendengar kumandang adzan subuh. Ia mengambil posisi duduk sembari mengucak-ucak matanya yang masih terganjal belek.
Setelah dirasa nyawanya telah terkumpul sepenuhnya, Amora menyibakan selimut tebal tanpa motif, berwarna abu-abu, senada dengan seprainya. Lalu berjalan ke arah pintu rahasia, yang mengubungkan pada wardrobe dan kamar mandi dalam. Pintu ini dibuat dengan menyerupai dinding kamar dan dapat digeser, menuju wardrobe dan kamar mandi dalam.
Usai mengambil air wudhu, Amora mengambil mukenanya disalah satu almari yang berada di wardrobenya, kemudian kembali masuk ke dalam kamar tidurnya.
“Mor, bangun shalat subuh!” teriak mama Shofi, sembari mengetuk-ketuk pintu kamar Amora.
Tanpa menyahuti teriakan mama, Amora pun langsung membuka pintu kamarnya, “Ayo, kita shalat di musholla aja mah, aku lagi mau shalat berjamaah.”
Amora dan mama Shofi berjalan menuju lantai dua untuk shalat di musholla mini, yang memang sengaja dibangun agar ketika shalat dapat lebih khusyuk.
“Amora, kamu duluan aja ya, mama mau bangunin ka Ayla dulu,” ujar mama Shofi, yang sudah beridri diamabang pintu kamar kakanya.
“Iya ma, aku tunggu disana ya. Jangan lama-lama, nanti keburu siang.”
“Iya.”
Mama dan ka Ayla datang, lengkap dengan mukena yang sudah terpasang ditubuhnya. Ritual yang wajib dilakukan saat pagi hari kini telah usai. Amora kembali memasuki kamarnya, dilantai 3, sedangkan mama Shofi menjalankan aktivitas paginya, yaitu menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecilnya.
Kini Amora telah siap dengan pakaian joggingnya, pagi ini. Perempuan itu mengenakan stayl serba putih, mulai dari tanktop, celana training Nike, dan sepatu soprtnya, tak lupa perempuan itu menggunakan kaos kaki pendek semata kaki bermotif kelinci di bagian punggung kakinya.
“Ready!”
Setelah dirasa puas dengan looknya, Amora bergegas keluar kamarnya dan turun kelantai dasar, untuk sarapan bersama kaka dan mamanya. “Pagi semua,” sapa Amora, dengan riangnya.
“Pagi, Mor,” sahut mereka, dengan kompaknya.
“Kamu mau jogging, mor?” tanya mama shofi, yang sedang memanggang roti, menggunakan panggangan Toaster miliknya.
“Iya, mah.”
“Ka, ikut jogging yu,” ajak Amora pada kakanya, “dari pada pagi-pagi udah pusing sama kerjaan, mending refreshing sebentar.”“Tau ka, sana ikut Amora lari pagi,” sambung mama, meletakan beberapa roti diatas piring tipis.
Ka Ayla tampak menimbang-nimbang, “Ayo deh!” sambut ka Ayla, antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepi
Teen Fiction[S E L E S A I] Ketika hati hanya bisa memendam, karena tak mampu ungkapkan rasa yang begitu dalam. ︶︿︶ Tahukan rasanya jika harus memendam rasa sendiri, gimana? Capek! ... Pura-pura jadi orang paling terbahagia ketika...