7. PERMINTAAN GILA

130 27 207
                                    

Jam menunjukan pukul 06:00 pagi, sudah seharusnya jam segini para pelajar berangkat kesekolah mereka agar menghindari keterlambatan.

Namun seorang remaja laki-laki yang terkenal dengan bar-barnya masih asik menggeluti permainan cacing dihandphonenya.

Tiba-tiba ada panggilan masuk, membuat lelaki itu berdecak kesal karena telah mengganggu keseruannya pagi ini. Lelaki itu melihat nama yang tertera, menampilkan sebuah nama perempuan yang ia kenal. Siapa lagi kalau bukan Amora.

Langit teringat akan janji dengan Amora. Langit menepuk dahi merutuki kepikunannya. Dengan segera Langit mengangkat telpon dari Amora.

“....”

“Otw Mor”

“....”

“Iya sabaran”

Dalam hati Langit berdecak kesal pada dirinya sendiri, bagaimana mungkin dirinya bisa melupakan janji yang dibuatnya sendiri. Namun, tidak ingin berlama-lama menyalahkan dirinya. Langit pun langsung bangkit dari baringannya diatas sofa dan segera pamit pada Ayah dan bundanya yang masih sarapan dengan harmonis.

Sudah cukup perdebatan antara Langit dan bundanya yang selalu menyurunya sarapan pagi namun selalu mendapatkan tolakan dari anak lelakinya itu. Dengan segera Langit keluar rumah menuju bagasi untuk mengeluarkan motor ninja kesayangannya.

Keluar dari perkarangan rumahnya, Langit langsung menuju kerumah Amora. Namun sebelum Langit menjemput Amora, dia tidak sengaja melihat jarum bensin yang menuju ke E, tanda sudah mau sekarat bensinya.

Dengan begitu niatnya untuk langsung menjemput Amora diurungkan dan beralih menuju ke pom bensin yang ada di luar komplek.

*

“Yailah antreannya panjang banget lagi,” gumam Langit yang bingung dengan situasinya saat ini.

Setelah memutuskan untuk tetap isi bensin dan menunggu hampir 30 menit lamanya. Akhirnya Langit dapat bernafas lega karena sudah berhasil mengisi bensinnya.

Dengan segera Langit langsung menjalankan motornya kembali. Dari jarak yang cukup dekat Langit melihat perempuan yang tidak asing untuknya, perempuan itu sedang menunggu angkutan umum di halte dekat kompleknya. Langit pun langsung menepikan  motornya didepan gadis itu.

“Eh, Hani.” Sapa Langit turun dari motornya

Merasa terpanggil, Hani pun menyahuti sapaan yang dilontarkan Langit dengan senyum yang mengembang dari sudut bibir tipisnya.

“Hai, Langit,” sahut Hani dengan senyum memikatnya.

“Ngapain disini?” tanya Langit, “masih nungguin angkot?” Lanjut Langit.

“Eum ... Iya,” sahut Hani, “Lu sendiri abis dari mana?” Tanyanya

“Abis isi bensin. Gimana kalo lu berangkatnya bareng gua aja?” ajak Langit.

Hani tampak berfikir sejenak, setelah itu ia pun menerima tawaran Langit

“Tapi gak ngerepotin kan ini?” tanya Hani tidak enak hati, takut merepotkan.

“Ya enggalah, kan tujuan kita sama, kesekolah."  jawab Langit santai.

Mereka pun berangkat bersama menuju sekolah SMA GARUDA.

*

Dilain tempat, ada seorang gadis yang sedang menunggu kehadiran seseorang didepan rumahnya, dengan perasaan yang campur aduk. Antara takut terlambat dan khawatir terjadi apa-apa dengan sahabat cowoknya karena sedari tadi hanphonenya tidak aktif.

Menepi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang