34. Sebuah Rahasia Yang Terungkap.

45 2 5
                                    

"Karena sesungguhnya, memulai itu

Tidak semudah mengakhiri."

-Langit.R-

✨✨


Hai gaissss! Langit-Amora comeback nih!
Masih ada ngga yah yang nungguin kelanjutan cerita mereka?
Aku harap sih Iya :’)

Maaf kan aku yang selalu menggantungkan kalian.
Aku harap kalian mengerti musuh dari seorang penulis tuh apa.
Aku terserang writters block (kalo ngga salah si itu namanya wkwk)

^ ^ ^

“Sabar ya nak, Hani memang kalo mau jalan itu selalu lama  dandannya,” ucap Bunda Niken. Ibunda Hani.

Langit tersenyum ramah, “Iya tante ngga apa-apa, namanya juga cewek,” sahut Langit ramah, sembari menunjukan deretan gigi putihnya. Sejujurnya Langit masih sedikit canggung karena ini pertama kali dirinya duduk berdua saja dengan Niken, biasanya selalu bertiga dengan Hani yang membuat suasana menjadi ramai.

Kening mulus Langit mengkerut, ‘Ini tante Niken perasaan belom terlalu berumur dah, ko prihal penyakit anaknya aja dah lupa. Inikan waktunya Hani check up.’ Batin Langit.

Tangan putih Niken mengibas-ibas didepan wajah bingung Langit, “Lang?” panggilan yang kedua kali itu lagi-lagi diabaikan  oleh Langit, laki-laki itu masih asik dengan  pikirannya sendiri.

“Langit Ricolas!” Suara Niken sedikit meninggi, hal itu ia  lakukan supaya Langit  merespon panggilannya.

“Eeeh i-iya tan, ada apa?” Gagap Langit. Gara-gara lamunannya tadi membuat Langit melupakan pertanyaan yang ditanyakan  Niken barusan.

“Hahaha… kamu kenapa Lang?” tanya Niken perhatian. Sembari bergurau. “Maih muda, gausahlah terlalu banyak mikir.”

“Maaf tante Langit ngga  fokus, tadi tante tanya apa ya?” tanya Langit, balik bertanya.

“Tante tadi nanya, kalian mau jalan-jalan kemana?” ulang Niken.

“Ki-kita mau jenguk temen yang lagi sakit tan, habis itu mungkin jalan-jalan sore dulu.” Jawaban Langit terdengar menyindir, Langit harap Niken ingat dengan jadwal check up putrinya hari ini.

“Ouh… semoga teman kalian cepat sembuh ya,” ucap Niken, tersenyum hangat.

Beberapa saat sempat terjadi keheningan yang menerpa kedua manusia yang baru saja bertemu. Hingga akhirnya Langit angkat bicara mengenai penyakit putri semata wayangnya itu.

“Tan, Langit boleh tanya sesuatu?” tanya Langit hati-hati.

Niken menutup majalah yang sedang dibacanya, wajah cantik wanita paruh baya itu menatap Langit dengan mantapnya, “Kenapa Lang?”

“Mmm… Langit mau tanya tentang penyakitnya Hani—“

Dahi Niken seketika mengkerut dengan sempurna, “Penyakit?” ulang Niken.

Dahi Niken seketika mengkerut dengan sempurna, “Penyakit?” ulang Niken.

Langit mengangguk dengan mantapnya. “Hani mengidap penyakit kelainan jantung itu dari lahir ya tan?”

Menepi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang