Melliflous: 21

20 3 0
                                    


Glowing star⭐

.

"Semuanya masih dalam penyelidikan, tapi kami yakin ada sesuatu yang gak beres, karena itu kami mohon doa agar masalah ini cepat selesai dan band kita dapat berjalan dengan semestinya."

Pernyataan Barga di talk show malam ini mampu membuat semua argumen menyatu dan menganggap semua ini memang kecelakaan.

Kabar tentang konser mereka yang terbakar bahkan sempat viral beberapa hari, baik di media sosial, kampus, bahkan lingkungan rumah. Sampai akhirnya keadaan perlahan memulih, rutinitas yang mereka jalani biasanya juga kembali seperti biasa.

"Nilai akhir udah pasti D nih, kita yakin nih mau tetap lanjut kuliah?" Kata Satria sembari membolak-balikkan buku.

Barga hanya menggubris dengan mengangkat bahunya, jika dipikir-pikir Satria benar juga, talk show akhir-akhir ini membuat mereka tak fokus dengan rutinitas yang ada.

"Tahan aja, bentar lagi juga masuk semester baru kok, tinggal ngulang aja kan?" Sahut Alana.

Saat-saat membosankan di kelas berubah seru saat bel pulang berbunyi. Barga lupa ada sesuatu yang harus ia ambil dilokernya.
"Kalian duluan ya, gue mau ambil sesuatu di loker." Katanya kemudian melesat pergi.

Seperti biasa, nama yang melambung tinggi membuat Barga benar-benar dikenal di seluruh kampus, mulai dari kating sampai rektor sekalipun. Ia cukup mulai terbiasa dengan tatapan genit gadis-gadis disini yang meningkat drastis hari demi hari.

Sampai didepan lokernya, entah kenapa ia spontan teringat akan ancaman-ancaman gadis itu yang semakin hari dirasa semakin berkurang. Ia cukup lega, sampai ia membuka isi lokernya.

Matanya membelalak, banyak kertas-kertas berserakan ketika ia membuka lokernya, huft, dasar orang-orang kurang kerjaan. Ia memunguti tiap kertas dan memasukinya kedalam tas, untung saja tasnya tidak penuh.

Lalu Barga mengambil barang yang dimaksud, sebuah buku cetak yang cukup tebal. Ia lalu bergegas menuju sahabat-sahabatnya.

"Maaf lama, gue dapat kejutan nih." Barga menunjukkan isi tas nya pada Alana dan Satria.

"Wahh, sama dong kita, tapi banyakan Lo deh keknya." Sambung Alana yang ternyata juga mendapat surat dari orang-orang iseng.

"Gue udah segudang tuh, udahlah, makin lama juga makin dikit tuh orang-orang iseng." Gubris Satria.

Barga dan Alana tertawa, mereka lalu segera pulang ke rumah. Ditengah perjalanan, tepat di lampu merah, mobil di sebelah Barga memperlihatkan pemandangan tak elok, sepasang kekasih 'nampaknya' sedang berciuman dan terlihat memang sengaja mengumbar kemesraan.

Pasangan itu jadi tontonan semua orang, diantara pengendara ada yang merasa iri ada juga yang merasa jijik. Tapi berbeda dengan Satria, wanita yang tengah berciuman dengan laki-laki asing itu adalah mamanya sendiri.

Ia memalingkan wajahnya, rahangnya menegang tanda menahan amarah, sementara Barga hanya mengelus-elus punggung Satria.

"Jangan dilihat, abaikan aja." Sahut Alana dari belakang dengan nada cukup tegas.

Lampu kembali hijau, pemandangan memuakkan itu akhirnya berakhir. Satria dari tadi terdiam, ia mulai merasakan sesaknya sekarang. "Seharusnya gue gak liat dia disini, bikin mood gue ancur aja."
Satria jelas menahan geram.

"Yang penting jangan dipikirin, pikirin apa yang Lo punya sekarang." Ujar Alana.

Satria benar-benar kehilangan moodnya. Ia menyandar di sisi kursi, menatap keatas seolah menahan air matanya keluar.

MELLIFLOUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang